Blogger templates

MENGURAI KESALAH PAHAMAN TERHADAP SURAT SYEIKH BAKR ABU ZAID TERHADAP SYEIKH ROBI’


MENGURAI KESALAH PAHAMAN TERHADAP SURAT SYEIKH BAKR ABU ZAID TERHADAP SYEIKH ROBI’

 penyusun: Abu Usamah al Jawi
Sejauh pengetahuan saya, terjemahan surat pribadi Syaikh Bakr Abu Zaid ini mulai dikenal luas oleh kaum muslimin semenjak tersebarnya Makalah Ishom Burqowiy yang berjudul “PENGHATI-HATIAN TERHADAP JAAMIYYAH DAN MADKHOLIYYAH” kemudian disusul Indonesia dengan terbitnya sebuah  buku kontroversial yang ditulis oleh Saudara Farid Nu’man dalam bukunya “Al-Ikhwanul Muslimun : Anugerah Yang Terzhalimi” terbit –Wallohu a’lam bish showab-, kemudian mulai ramai diperbincangkan di forum-forum internet tanah air –walaupun di forum-forum diskusi berbahasa Arab dan Inggris telah lebih dulu menyebar-, lalu turut mengambil bagian Ustadz Abduh Zulfidar Akaha dalam bukunya “Siapa Teroris Siapa Khowarij” (selanjutnya : STSK, hal. 322, footnote no. 632) dan terakhir –bukan yang paling akhir- adalah saudara Abu Abdirrahman ath-Thalibi dalam bukunya “Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak 2 (selanjutnya : DSDB2 hal. 198)”.
Sesungguhnya hal semacam ini tidaklah mengherankan, karena diantara karakter ahlul ahwa’ itu adalah mengambil apa yang selaras dengan nawa nafsunya dan menelantarkan apa yang bertentang dengan hawa nafsunya. Sungguh indah sekali apa yang diutarakan oleh Ibnu Uyainah dalam al-Hilyah (VIII/339) :
ليس العاقل الذي يعرف الخير والشر ، إنما العاقل الذي إذا رأى الخير  اتبعه ، وإذا رأى الشر اجتنبه
Orang yang berakal itu bukan lah orang yang mengetahui kebaikan dan keburukan, namun sesungguhkan orang yang berakal itu adalah apabila ia melihat kebaikan maka ia mengikutinya dan apabila ia mendapatkan keburukan ia menjauhinya.” [Dinukil melalui perantaraan Kasyfu Syubuhaat al-Ashriyah ‘anid Da’watil Ishlahiyah as-Salafiyyah, karya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rayyis, dalam islamicancient.com)
Untuk itu kami akan menguraikan permasalahan surat tersebut agar terurai kesalah pahaman dan agar menjadi bungkam mulut para musuh – musuh Islam. Dan uraian ini kami nukil dari apa yang diuraikan oleh Syaikh ’Abdul ’Aziz ar-Rayyis dalam Kasyfu Syubuhaat al-Ashriyyah ’anid Da’watil Ishlahiyyah as-Salafiyyah hal 58. Beliau hafizhahullahu berkata :
1.   Bahwasanya Syaikh Bakr Abu Zaid tidak pernah menyebut di dalam surat beliau bahwa Sayyid Quthb adalah orang yang beraqidah dan bermanhaj salafi. Bahwasanya tujuan penulisan surat beliau itu adalah untuk menunjukkan ketidaksepakatan beliau atas uslub Syaikh Rabi’ dan beberapa kritikan Syaikh Rabi’ terhadap Sayyid Quthb, bukan artinya Syaikh Bakr menolak semua kritikan Syaikh Rabi’ kepada Sayyid Quthb.
2.   Sekiranya dianggap bahwa Syaikh Bakr menolak kesalahan (yang disandarkan kepada) Sayyid Quthb, maka sesungguhnya ulama-ulama lainnya yang lebih ’alim dari beliau banyak yang menyelisihi beliau. Cukuplah bagi mereka kritikan Samahatusy Syaikh ’Abdul ’Aziz bin Baz dan Muhaddits Kontemporer Al-Albani rahimahumallahu.
3.   Sekiranya dianggap bahwa Syaikh Bakr menolak kesalahan aqidah yang membahayakan pada Sayyid Quthb (seperti wahdatul wujud dan semisalnya, pent.), maka sesungguhnya yang pertama kali akan membantah beliau adalah buku-buku Sayyid Quthb sendiri, dimana Sayyid mencela para sahabat dan keburukan-keburukan lainnya yang banyak yang tersebar luas yang tidak mungkin bagi seorangpun mengingkarinya. (dikarenakan banyaknya bukti, pent.)
”Semoga Alloh mengganjar Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkholi dengan balasan yang baik atas upaya beliau di dalam mengembalikan para pemuda umat kepada syariat Alloh dan mentahdzir dari pemikiran takfir, pemutusan dan keluar dari al-jama’ah dan al-wilayah, dan semoga Alloh membalas Syaikh Bakr bin ’Abdillah Abu Zaid dengan balasan yang baik atas upaya beliau di dalam meluruskan uslub (cara) seorang muslim mengkritik muslim lainnya.”
وصلى الله وسلم وبارك على محمد وعلى آله وصحبه وأتباعه والدعاة إلى سنته