Blogger templates

MEREKA BUKAN FIR'AUN, WASPADALAH WAHAI JAHILUN

BANTAHAN

MEREKA BUKAN FIR'AUN, WASPADALAH WAHAI JAHILUN

الحمد لله رب العالمين حمداً كثيراً وصلى الله على محمد عبده ورسوله  وعلى ملائكة الله المقربين وأنبيائه المرسلين ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
         
          Maha suci Alloh yang telah berfirman dalam kitabnya yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam:
مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌۭ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ
Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain. ( QS. Al Isro’ ayat 15 )
            Dan Segala puji bagi Alloh yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Yang menundukkan makhluk dengan kemuliaan dan hukum -Nya. Yang melunakkan hati hamba-hamba-Nya, dan menyinari mata hati mereka dengan  nur-nur hidayah yang dikandung oleh kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya. Shalawat dan salam  kepada makhluk-Nya yang paling mulia dan penutup Rasul-Rasul-Nya, Muhammad, yang membimbing manusia kepada Robb mereka, dan yang menundukkan hati mereka dengan jalan-jalan hidayah yang dia bawa kepada mereka, dan Shalawat serta salam  semoga terlimpahkan pula kepada keluarganya, para sahabatnya beserta orang-orang yang mengambil petunjuknya dan mengikuti sunnahnya sampai hari Kiamat. Amma ba'du.
            Diantara fitnah besar yang menimpa negeri ini khususnya dan negeri kaum muslimin pada umumnya yaitu fitnah Khowarij yang senantiasa meluncurkan talbis dan tadlis. Diantara talbis dan tadlis mereka yaitu makalah yang telah lama  beredar di internet yang berjudul “FIR’AUNISME” yang ditulis oleh tokoh takfiri Aman Abdur Rohman. Mula – mula kami tidak ingin membantah tulisan tersebut karena kami melihat isinya tidak lebih melainkan hanya pengkafiran terhadap pemerintah yang ada dan dalam tulisan tersebut menunjukkan pula akan kebodohan penulis tentang sejarah nabi Musa ‘alaihis salam.
Akan tetapi para muqollidnya gencar menyebarkan makalah tersebut baik melalui website-website, facebook, twitter maupun dunia nyata. Karena itu kami memohon kepada Alloh supaya memberikan taufiq kepada kami untuk membuat bantahan atas makalah tersebut, agar menjadi penerang bagi muqollidin dan benteng bagi kaum muslimin terkhusus saudara – saudara kami Salafiyyin.
Dalam risalah bantahan yang ringkas ini kami akan membagi menjadi tiga bagian:
I.        Muqoddimah ilmiyyah
II.      Bantahan secara global
III.    Bantahan secara terperinci


Bagian pertama
Muqoddimah Ilmiyyah


            Sebelum masuk kepada bantahan, kami akan memberikan beberapa bahasan yang kami anggap penting yang insya Alloh ada kaitannya dengan bantahan tersebut. Semoga Alloh memberi tambahan ilmu kepada kita
  1. Pentingnya sejarah
يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوْرَىٰةُ وَٱلْإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعْدِهِۦٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. ( QS. Ali Imron ayat 65 )
Syeikh Abdur Rohman bin Nasir as Sa’di berkata: dalam ayat ini terdapat anjuran untuk mempelajari ilmu sejarah karena sejarah merupakan kunci untuk membantah kebanyakan ucapan – ucapan batil dan anggapan – anggapan yang bertentangan dengan sejarah. ( Taisir Karimir Rohman 1/304 )
  1. Hendaknya menafsirkan al – Qur’an tidak dengan ro’yu
Metode tafsir yang baik adalah al – Qur’an dengan al – Qur’an, kemudian jika tidak dijumpai maka al Qur’an dengan Hadits, jika tidak dijumpai maka al – Qur’an ditafsirkan dengan perkataan Shohabat ridlwanullohu ‘alaihim jami’an, jika tidak dijumpai pula maka al – Qur’an ditafsirkan dengan ucapan tabi’in. adapun menafsirkan al – Qur’an dengan ro’yu, maka  Ibnu katsir berkata dalam muqoddimah tafsir beliau:
Adapun menafsirkan al Qur’an atas dasar pikiran semata, misalnya karena dia mengerti bahasa arob, maka hukumnya harom. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Nabi Muhammad bersabda:
Barang siapa yang menafsirkan al qur’an dengan pendapatnya sendiri atau dengan apa yang tidak ia ketahui, maka bersiap – siaplah menempati tempat duduknya di neraka. ( HR. Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Jarir ). ( mengambil faedah secara ringkas dari tafsir Ibnu Katsir 1/6-8 )
  1. Peringatan agar tidak memperturutkan hawa nafsu, karena memperturutkan hawa nafsu dapat menjadikan seorang itu buta dan tuli akan syariat. Alloh berfirman:
أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍۢ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةًۭ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. ( QS. Al Jatsiyah 26 )
  1. Bahwasanya metode dakwah khowarij adalah senantiasa membawakan ayat – ayat hukum dalam kajian – kajian mereka.
Berkata imam al Ajurriy: diantara ayat – ayat mutasyabihat yang diikuti khowarij adalah
) وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (
Disamping itu mereka juga membaca ayat:
) ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (
Ketika mereka melihat hakim yang tidak berhukum dengan benar (hukum Alloh, pent) mereka berkata: pemerintah telah kafir, barangsiapa kafir terhadap robbnya maka sungguh telah berbuat syirik. Maka ketahuilah mereka itu adalah pemerintah – pemerintah kaum musyrikin. Maka jika kamu melihat mereka ( khowarij ) maka pergilah, karena mereka telah menta’wil ayat ini ( Asy Syariah hlm 27 )


Bagian II
Bantahan secara global

Isi makalah yang ditulis oleh Aman Abdur Rohman secara ringkas berisi tentang penyamaannya antara pemerintah islam dengan fir’aun. Maka ini Sungguh penyamaan yang jauh dan merupakan kebodohannya, kita ingatkan padanya wahai Aman:
إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلْبُكْمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun. ( QS. Al Anfal ayat 22 )
 pemerintah yang ada tidaklah seperti Fir’aun ditinjau dari beberapa segi:
1.    fir’aun jelas – jelas kafir terhadap Alloh. Sebagaimana firman-Nya:
ٱذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ
"Pergilah kamu kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. ( QS. An – Nazi’at ayat 17 )
Makna thogo adalah: merasa tinggi, sombong dan kafir kepada Alloh. ( Tafsir Khozin 2/206 )
Makna Thogo yang lain adalah: melampaui batas, sombong terhadap Alloh dan kafir kepada-Nya. ( Tafsir al Maroghi 30/26, al Maktabah asy Syamilah )
وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلْمُسْرِفِينَ
Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.( QS. Yunus ayat 84 )
وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir ( firaun dan pengikutnya )." ( QS. Yunus 86 )
2.    Fir’aun mendustakan/juhud qolbi dan lisan akan kebenaran yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam, sebagaimana Firman-Nya:
فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ
Tetapi Firaun mendustakan dan mendurhakai. ( QS. An Nazi’at ayat  21 )
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنۢ بَعْدِهِم مُّوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦ فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۖ
Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. ( QS. Al A’rof ayat 103 )
3.    Fir’aun hatinya telah dikunci Alloh untuk menerima kebenaran berkat doa Nabi Musa alaihis salam, sebagaimana firmannya:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَآ إِنَّكَ ءَاتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُۥ زِينَةًۭ وَأَمْوَٰلًۭا فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا۟ عَن سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا ٱطْمِسْ عَلَىٰٓ أَمْوَٰلِهِمْ وَٱشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا۟ حَتَّىٰ يَرَوُا۟ ٱلْعَذَابَ ٱلْأَلِيمَ
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." ( QS. Yunus ayat 88 )
4.    fir’aun menentang dakwah Rosul Alloh Musa ‘alaihis salam, sedangkan pemerintah yang ada menentang dakwah teroris berkedok jihad, Alloh berfirman:
فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ
Tetapi Firaun mendustakan dan mendurhakai. ( QS. An Nazi’at ayat  21 )
5.    fir’aun membenarkan sihir dan berinteraksi dengan tukang sihir, sebagaimana firmannya:
وَجَآءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوٓا۟ إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ ٱلْغَٰلِبِينَ* قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ
Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" Firaun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". ( QS. Al A’rof ayat 113-114 )
Semoga jelaslah bagi para pembaca letak perbedaan Fir’aun dan Pemerintah yang ada dengan sedikit uraian diatas, Maka apa yang dikatakan Aman Abdur Rohman tiada lain adalah:
 أَتَوَاصَوْا۟ بِهِۦ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌۭ طَاغُونَ
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. ( QS. Adz Dzariyat ayat 53 )


Bagian ke III
Bantahan Terperinci

Setelah kami membantah secara global, maka kami memohon pada Alloh untuk memberi kekuatan pada kami agar membantah makalah tersebut secara rinci, semoga Alloh menjadikan dengannya:
لِيُحِقَّ ٱلْحَقَّ وَيُبْطِلَ ٱلْبَٰطِلَ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُجْرِمُونَ
agar Allah menetapkan yang hak dan membatalkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya. ( QS. Al Anfal ayat 8 )
Aman berkata: Bila anda telah memahami bahwa pengklaiman keberhakkan membuat hukum adalah pengklaiman ketuhanan, maka anda akan memahami bahwa ketuhanan yang diklaim Fir’aun itu adalah ketuhanan semacam ini, yaitu bahwa dirinyalah yang berhak membuat hukum dan hukumnyalah yang paling tinggi [“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An Nazi’at: 24)] serta tidak ada tuhan pembuat selain dirinya [“Dan berkata Fir'aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku” (Al Qashash: 38)], dan barangsiapa yang mengikuti hukum selainnya maka akan mendapat ancaman penjara:
Kami jawab: wabillahit taufiq, bahwa ucapan ini akibat dari mengedepankan hawa nafsu yang menyebabkan dia buta dan tuli akan sejarah, maha Suci Alloh yang telah berfirman:
وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ ٱلْحِسَابِ
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. ( Shood 26 )
أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍۢ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةًۭ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. ( QS. Al Jatsiyah 26 )
bukti akan kebodohan Aman terhadap sejarah adalah:
Pada saat Alloh mengutus Nabi Musa ‘alaihis salam hukum Alloh belum diturunkan kepada Nabi Musa secara sempurna, mari kita lihat sejarah dalam al qur’an surat al A’rof:
فَٱنتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَٰهُمْ فِى ٱلْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَٰفِلِينَ
Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. ( QS. Al A’ro ayat 36 )
وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةًۭ وَأَتْمَمْنَٰهَا بِعَشْرٍۢ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةًۭ ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ ٱلْمُفْسِدِينَ. وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّۭا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًۭا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ. قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّى ٱصْطَفَيْتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَٰلَٰتِى وَبِكَلَٰمِى فَخُذْ مَآ ءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ وَكَتَبْنَا لَهُۥ فِى ٱلْأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَىْءٍۢ مَّوْعِظَةًۭ وَتَفْصِيلًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍۢ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا۟ بِأَحْسَنِهَا ۚ.
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan." Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya. ( QS. Al A’rof ayat 142-145 )
            Ringkasnya Berdasarkan ayat diatas jelaslah bahwa setelah Fir’aun ditenggelamkan di Laut merah barulah Alloh menurunkan Taurot kepada Musa ‘alaihis sallam. ( silahkan lihat al Bidayah wan Nihayah dan Mujazu Tarikhil Islami mundzu ‘ahdi Adam Ila Ashrina Al Hadr hal 35 )
            Dari sini jelaslah  akan kebodohan Aman dalam sejarah, bantahan yang lain atas apa yang diucapkan Aman adalah bahwa pada masa itu Musa ‘alaihis salam menyeru kepada Fir’aun dan kaumnya untuk beribadah kepada Alloh dan meninggalkan sesembahan – sesembahan yang lain dan belum mendakwahkan hukum – hukum Alloh dan inilah dakwah para Rosul mulai Nabi Nuh sampai Nabi Muhammat ‘alaihim asshholatu was salam, Alloh berfirman:
 وَأَهْدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?". ( QS. An Nazi’at 19 )
Tafsirnya adalah: Musa berkata: aku mengajakmu kepada beribadah kepada Robbmu(Alloh) dan mentauhidkan-Nya. ( Tafsir Khozin 7/207 )
            Syeikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: dan tauhid Uluhiyyah( mengibadahi Alloh semata ) ini merupakan awal dan akhir, batin dan lahirnya agama ini. Dan tauhid ini makna dari permasalahan yang pertama dan yang terakhir diserukan oleh para rosul. ( Taisir Azizil Hamid 36 )
            Disini jelaslah bahwa Aman asal bicara , betapa tidak????! Nabi Musa belum diberi hukum Alloh secara sempurna, mana mungkin beliau mendakwahkan hukum – hukum Alloh, sebelum mendakwahkan agar fir’aun dan kaumnya beribadah kepada Alloh???!.... mana mungkin orang yang kafir bersedia menjalankan hukum Alloh sebelum mereka beriman????!. Jelas pula disini bagi pembaca bahwa dakwah Aman tidak seperti dakwah Ulama’ Nejd, meskipun dia ditiap kajiannya menukil ucapan Ulama’ Nejd.
            Adapun mengenai tafsir ayat “[“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An Nazi’at: 24)] serta tidak ada tuhan pembuat selain dirinya [“Dan berkata Fir'aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku” (Al Qashash: 38)]  ”, mari kita kembalikan kepada Ahlinya yaitu para Mufassirin, tafsirnya secara ringkas adalah:
Berkata Atho’ bin Abi Robah: Aku adalah pemelihara berhala kalian dan memerintahkan mereka untuk mengibadahinya. ( Jami’ Li ahkamil Qur’an 19/202   )
            Disini Kami bertanya pada Aman dan muqollidnya: hukum apakah yang dijalankan fir’aun apda masa itu??????!
Aman berkata: Saya akan memahamkan dulu kepada sifat khusus ketuhanan yang berkaitan dengan hal ini, kemudian menghubungkan dengan kisah Fir’aun zaman Nabi Musa ‘alaihissalam dan dengan realita Fir’aun-Fir’aun masa sekarang…
Kita jawab: telah berlalu penjelasan bahwa makna tuhan yang diklaim fir’aun adalah pemelihara berhala – berhala, bukan membuat hukum. Karena fir’aun dan kaumnya adalah penyembah berhala, hal ini telah Alloh tunjukkan sendiri dalam kitabnya yang mulia, seraya berfirman:
يَقْدُمُ قَوْمَهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فَأَوْرَدَهُمُ ٱلنَّارَ ۖ وَبِئْسَ ٱلْوِرْدُ ٱلْمَوْرُودُ*وَأُتْبِعُوا۟ فِى هَٰذِهِۦ لَعْنَةًۭ وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ بِئْسَ ٱلرِّفْدُ*ذَٰلِكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلْقُرَىٰ نَقُصُّهُۥ عَلَيْكَ ۖ مِنْهَا قَآئِمٌۭ وَحَصِيدٌۭ*وَمَا ظَلَمْنَٰهُمْ وَلَٰكِن ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ۖ فَمَآ أَغْنَتْ عَنْهُمْ ءَالِهَتُهُمُ ٱلَّتِى يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍۢ لَّمَّا جَآءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍۢ
Ia ( fir’aun )berjalan di muka kaumnya di Hari Kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi. Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. Itu adalah sebahagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah. Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikit pun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. ( QS. Hud ayat 98-101 ) Wallohu a’lam
Aman berkata: Di antara sifat khusus ketuhanan Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah al hukmu wa at tasyri’ (kewenangan pembuatan hukum) yang tidak boleh disandarkan kepada selain-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” (Al An’am: 57).
Dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan bagi-Nyalah segala penentuan hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”.
(Al Qashash: 70)
Kita jawab: sesungguhnya hukum disini melibatkan hukum umum dan agama. Syeikhul Islam berkata: (maksud ayat ini adalah) dua hukum bersama – sama yaitu hukum umum dan agama. ( Majmu’ Fatawa 2/413 )
Oleh karena itu orang dikatakan sebagai Robb dalam segi tasyri’ jika dia membuat hukum umum dan agama yang bertentangan dengan hukum Alloh. Wallohu a’lam
Aman berkata: Dikarenakan Allah ta’ala adalah yang menciptakan semua makhluk, maka hanya Dia-lah yang berhak memerintahkan dan menetapkan hukum sebagaimana firman-Nya:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah”. (Al A’raf: 54)
Penyandaran kewenangan pembuatan hukum itu adalah ibadah yang hanya disandarkan kepada Allah ta’ala dan tidak boleh disandarkan kepada selain Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak beribadah kecuali kepada Dia” (Yusuf: 40)
Kita jawab: pada dasarnya memerintahkan dan menetapkan hukum adalah hak Alloh, akan tetapi dalam kondisi tertentu Alloh sendiri memerintahkan kita untuk memutuskan hukum dengan sendirinya. Kebenaran atas apa yang kami ucapkan adalah apa yang difirmankan Alloh:
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَٱبْعَثُوا۟ حَكَمًۭا مِّنْ أَهْلِهِۦ وَحَكَمًۭا مِّنْ أَهْلِهَآ إِن يُرِيدَآ إِصْلَٰحًۭا يُوَفِّقِ ٱللَّهُ بَيْنَهُمَآ ۗ
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. ( QS. An Nisa’ ayat 35 )
يَحْكُمُ بِهِۦ ذَوَا عَدْلٍۢ مِّنكُمْ
menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu. (QS. Al Maidah ayat 95)
            imam asy Syathibi ketika membahas ayat hukum beliau mengatakan: bahwasanya yang umum membutuhkan yang khusus. ( al I’tishom 1/303 )
            sungguh telah tersesat khowarij terdahulu karena berprasangka berhukum dengan semisal ayat ini(tentang bolehnya berhukum dengan sesuatu yang tidak terdapat dalam al qur’an) termasuk berhukum dengan selain hukum Alloh. Sebagaimana kisah perdebatan Ibnu Abbas rodliyallohu ‘anhuma dengan khowarij.
Aman berkata: Dan dikarenakan ini adalah hak khusus Allah, maka dia tidak menjadikan satupun sebagai sekutu-Nya di dalam penentuan hukum ini, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum”. (Al Kahfi: 26)
Dan dalam qira’ah Ibnu Amir yang mutawatir dibaca: “Dan janganlah kamu menyekutukan seorangpun di dalam (hak) menetapkan hukum” (Al Kahfi: 26)
Kita jawab: apakah para pembuat undang – undang buatan itu mengatakan bahwa ini adalah hukum Alloh sehingga mereka menjadi musyrik bahkan kafir?! Jika mereka tidak mengatakan demikian, maka tidak benarlah pendalilan engkau dengan ayat ini. Renungkanlah! (lihat Al Burhanul Munir Fii Dahdli Shubuhati Ahlit takfir cetakan ke II hal 63-64 )
Aman berkata: Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut para pembuat undang-undang atau hukum selain Dia sebagai sekutu-sekutu yang diibadati selain-Nya, sebagaimana di dalam firman-Nya:
“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka ajaran yang tidak diizinkan Allah?”. (Asy Syura: 21)
Kita jawab: ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas dengan tafsiran: mereka tidak mengikuti apa yang disyariatkan Alloh bagimu Muhammad dari agama yang lurus (ini). Tetapi jusru mereka mengikuti syariat syetan – syetan mereka dari kalangan jin dan manusia dari pengharaman ( apa yang dihalalkan Alloh ) yang telah mereka ( syetan - syetan ) haramkan atas mereka berupa pengharaman daging unta, pengharaman memerdekakan budak, pengharaman daging kambing dan daging burung serta mereka menghalalkan bangkai, darah dan perjudian. ( tafsir Ibnu Katsir 7/198 )    
Dari keterangan Ibnu Katsir diatas maka dikatakan Syuroka’ ( sekutu – sekutu yang diibadahi ) apabila mereka Menganggap bahwa selain Hukum Alloh adalah merupakan Hukum Alloh Dan apabila terkumpul pada mereka (pembuat undang – undang buatan) antara tasyri’ dan penganggapan bahwa ini adalah hukum Alloh maka hal ini dinamakan Tabdil.
Aman berkata: Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mencap para pembuat hukum selain Diri-Nya sebagai arbab (tuhan-tuhan yang diibadati) selain Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Mereka (orang-orang Nashrani) menjadikan orang-orang alimnya (ahli ilmu) dan rahib-rahib (para pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (At Taubah: 31)
Dalam ayat ini Allah memvonis orang Nashrani dengan lima vonis:

1. Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib
2. Mereka telah beribadah kepada selain Allah, yaitu kepada alim ulama dan para rahib
3. Mereka telah melanggar Laa ilaaha illallaah
4. Mereka telah musyrik
5. Para alim ulama dan para rahib itu telah memposisikan dirinya sebagi arbab.
Bentuk ketuhanan macam apa yang mereka klaim dan bentuk peribadatan macam apa yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani kepada alim ulama dan para pendetanya? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal itu di dalam hadits hasan dari ‘Adiy ibnu Hatim, ia datang saat masih Nashrani berkata: “Kami tidak pernah mengibadati mereka”. Di sini ‘Adiy ibnu Hatim dan orang-orang Nashrani merasa tidak pernah beribadah kepada alim ulama dan para pendeta, karena mereka tidak pernah sujud dan shalat kepadanya, dan mereka tidak paham apa yang dimaksud dengan peribadatan dan pentuhanan alim ulama dan pendeta itu, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hal itu seraya berkata: “Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan terus kalian ikut menghalalkannya, dan bukankah mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan terus kalian ikut mengharamkannya?”, maka ‘Adiy berkkata: “Ya, benar”, maka Rasulullah berkata lagi: “Itulah bentuk peribadatan kepada mereka”. Yaitu: bukankah mereka membuat hukum dan kalian mematuhi atau menyetujui dan menjadikan hukum mereka sebagai acuan?, dan ‘Adiy mengiakannya.
            Kita jawab: ta’at dalam ayat ini tidak terlepas dengan dua permasalahan yaitu Ketaatan mereka dalam bermaksiat kepada Alloh yang bukan menghalalkan apa yang diharamkan Alloh, ini tidaklah kafir.Ketaatan mereka dalam hal menghalalkan apa yang diharamkan Alloh, maka ini tidak diragukan lagi akan kekafirannya. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah ( menafsirkan surat at Taubah ayat 31 ): dan mereka yang menjadikan ulama’ dan pendeta sebagai tuhan, yaitu ketika mereka mentaatinya dalam  menghalalkan apa yang diharamkan Alloh dan mengharamkan apa yang dihalalkan Alloh, dalam hal ini terbagi menjadi dua keadaan:
I.     mereka mengetahui bahwa ulama dan pendeta tersebut merubah agama Alloh, kemudian mereka mengikutinya dan meyakini akan kehalalan sesuatu yang diharamkan dan meyakini keharaman yang dihalalkan Alloh, dikarenakan mengikuti pemimpin – pemimpin mereka, padahal mereka menyadari bahwa mereka bertentangan dengan agama para Rasul, maka perbuatan ini adalah kekafiran dan telah dianggap kesyirikan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
II.      Keyakinan dan iman mereka tetap kokoh   meskipun para rahib dalam hal – hal penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal, tapi mereka mengikuti para ulama dan pendeta dalam bermaksiat kepada Alloh, sebagaimana seorang muslim berbuat maksiat yang dia yakini bahwa perbuatan tersebut adalah maksiat, maka golongan ini hukumnya serupa dengan hukumnya para pelaku maksiat (tidak kafir). ( Majmu’ fatawa juz 7  hal 70 ).
Aman berkata: Sedangkan bentuk peribadatan yang dilakukan oleh kaum Nashrani itu bukanlah sujud, ruku’, akan tetapi dengan ketaatan, kepatuhan, dan kesetiaan kepada hukum yang mereka buat. Oleh sebab itu Allah ta’ala mencap MUSYRIK orang-orang yang mentaati para pembuat hukum dalam hukum yang mereka buat, dan Dia mencap hukum buatan itu sebagai wahyu (bisikan) syaitan di dalam firman-Nya:
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kalian; dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. (Al An’am: 121)
Kita jawab: telah berlalu penjelasan mengenai hal ini, bahwa yang dimaksud ta’at yang terjatuh dalam katagori musyrik disini adalah ta’at dalam hal istihlal, kami tambahi dengan ucapan Ulama’ Nejd –semoga Alloh membuka hati mereka- Syeikh Abdul Lathif bin Abdur  Rohman bin Hasan berkata: telah dihukumi Musyrik atas orang yang mentaati syetan – syetan mereka dalam menghalalkan apa yang diharamkan Alloh. ( ar Rosail wal Masail an Najdiyyah 3/46 )
Aman berkata: Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah berkata saat menjelaskan ayat tersebut: “Bahwa setiap orang yang mengikuti aturan, undang-undang dan hukum yang menyelisihi apa yang Allah syari’atkan lewat lisan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia itu musyrik kepada Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai rabb (tuhan)”, (Al Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaul Bayan
Kita jawab: Aman sengaja tidak menukil ucapan Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah yang lain yang merupakan penjelas dari apa yang beliau utarakan sendiri. Inilah ucapan beliau yang tidak dinukilnya agar tidak ketahuan hidung belangnya.
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah berkata: dan penjelasan yang paling benar dalam permasalahan ini adalah bahwa kata kekufuran, kezholiman dan kefasikan semuanya kadang kala digunakan syariat dan dimaksudkan darinya adalah perbuatan maksiat……. Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum yang Alloh turunkan, sedang dia meyakini bahwa dirinya telah melakukan perbuatan haram, menjalankan perbuatan buruk, maka kekufuran, kezholiman dan kefasikan tidak menjadikannya keluar dari agama. ( Tafsir Adlwaul Bayan 2/93 )
Aman berkata: Bila anda memahami ketuhanan semacam ini, maka anda akan mengetahui bahwa gedung-gedung Parlemen itu adalah sama dengan candi-candi tempat pemujaan kaum musyrikin. Bila di candi-candi itu dipajang patung-patung berhala yang diibadati dengan sujud, do’a dan pesembahan sesajian, maka di gedung Parlemen itu dipenuhi oleh berhala-berhala hidup yang diibadati dengan ketaatan terhadap hukum dan undang-undang yang mereka gulirkan.
            Kita jawab: wahai Aman, anda dapat permisalan ini dari mana???! Berhala adalah benda mati yang tidak bisa dihukumi sebagaimana manusia, dia juga tidak bisa dibebani dengan syariat. Adapun ketaatan yang bermakna ibadah adalah ketaatan dalam menghalalkan apa yang diharamkan Alloh dan mengharamkan apa yang dihalalkan Alloh. Selama tidak demikian maka ketaatan disini bukan dinamakan Ibadah, Sebagaimana penjelasan yang telah lalu.
Aman berkata: Adapun kejahatan Fir’aun dahulu adalah membunuh anak-anak laki-laki dari keluarga orang-orang yang beriman, menngancam orang-orang yang membangkang kepada undang-undang dan ajarannya dengan ancaman pembunuhan dan penjara, menuduh orang-orang yang beriman sebagai penebar ajaran sesat dan kerusakan, menuduh mereka ingin merampas kekuasaan dari tangannya, serta tuduhan lainnya…
Adapun pembunuhan setiap anak laki-laki, maka seperti dikatakannya: [“Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman” (Al Mukmin: 25)].
            `kita Jawab: pembunuhan yang dilakukan oleh fir’aun bukan dengan sebab pembangkangan terhadap undang  undang tapi pembangkangan terhadap penyembahan berhala – berhala mereka dan orang – orang beriman itu berpindah menyembah kepada Robb yang maha esa yaitu Alloh setelah datang kepada mereka bukti – bukti berupa mukjizat nabi musa.  Bukti yang menunjukkan kebenaran atas apa yang kami ucapkan adalah:
إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمْ
sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu.  ( QS. Al Mu’min ayat 26 )
Tafsirnya adalah: menukar agama penyembah berhala kepada agama penyembah Alloh saja, sebagaimana firman Alloh:
ويذرك وآلهتك
Membahayakanmu dan tuhan – tuhanmu. (tafsir Baidlowi 1/90  )
Aman membawakan ayat yang berbunyi:  “Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (Asy Syu’ara: 29)
            Kita jawab: maksud ucapan fir’aun ini adalah jika kalian menyembah selain yang aku sembah, maka aku akan memenjarakan kalian. bukan menyembah fir’aun. ( tafsir Ath Thobari 19/345 )
Aman berkata: Tuduhan ingin merubah idiologi negara dan penebar kerusakan:
“Sesungguhnya aku khawatir dia (Musa) akan menukar dien kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”. (Al Mukmin: 26)
Sedangkan makna dien adalah undang-undang sebagaimana firman Allah ta’ala:
“Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut dien (undang-undang) Raja” (Yusuf: 76)
Kita jawab: agama disini tidak bisa diartikan undang – undang meskipun Aman menyelaraskan dengan surat Yusuf dengan sebab:
1.      susunan kalimatnya berbeda, dan kita tahu keindahan bahasa arab yaitu arti atau makna bisa berbeda tergantung susunan kalimatnya meskipun kata tersebut sama. Misalnya kata (ضَرَبَ)  yang berarti memukul, tapi jika masuk pada firman Alloh

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن يَضْرِبَ مَثَلًۭا
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan. ( QS. Al BAqoroh 26 )
Kata diartikan dengan (ضَرَبَ) membuat bukan memukul. Oleh karena itu janganlah anda terkecoh dengan Aman !
2.    sebagaimana penjelasan telah lalu dan dengan bukti sejarah yang ada bahwa Fir’aun dan bala tentaranya beragama penyembah berhala. Jadi maksud mengganti agama disini adalah mengganti agama penyembah berhala dengan agama menyembah Alloh saja, Sebagaimana penjelasan yang telah lalu.  Dan kami berikan tambahan sedikit agar bertambah jelas apa yang kami yakini dengan membawakan ayat dibawah ini sebagai tambahan hujjah bagi kami dan pembatal atas apa yang diklaim Aman, Alloh berfirman:

وَأُلْقِىَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ* قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ* رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ *قَالَ فِرْعَوْنُ ءَامَنتُم بِهِۦ قَبْلَ أَنْ ءَاذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌۭ مَّكَرْتُمُوهُ فِى ٱلْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا۟ مِنْهَآ أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ * لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَٰفٍۢ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ
Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun". Firaun berkata: "Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." ( QS. Al A’rof ayat 120-124 )
Jelaslah dengan ayat diatas mereka dipenjarakan atau disalib dan dipotong kaki dan tangan mereka dengan sebab mereka beriman kepada Alloh dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala, bukan merubah undang-undang.  ( lihat tafsir Baidlowi 1/90 )
Aman berkata: Jadi, Fir’aun khawatir Musa ‘alaihissalam menukar undang-undang atau idiologi negaranya, juga tuduhan ingin merebut kekuasaan:
“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?” (Yunus: 78)
Kita jawab: sesungguhnya ayat ini justru bantahan atas Aman dan hujjah bagi kita tentang penjelasan yang telah lalu yaitu mengganti agama penyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang dengan agama menyembah Alloh saja. ( tafsir Baidlowi 1/210 )
Aman berkata: Kalian malah membalas air susu dengan air tuba !, kami mengajak agar kalian tidak masuk ke dalam penjara neraka, tapi kalian malah menjebloskan kami para penyeru tersebut ke dalam penjara-penjara kalian…
Kita jawab: tiada yang membalas dengan air tuba, justru itu adalah balasan yang setimpal bagi kalian yang telah membuat kerusakan di muka bumi dan menyebarkan ajaran yang tidak lurus. Alloh berfirman:
وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri. ( QS. Al Isro’ ayat 07 )
وَٱلَّذِينَ كَسَبُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ جَزَآءُ سَيِّئَةٍۭ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌۭ
Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. ( QS. Huud ayat 27 )
وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍۢ سَيِّئَةٌۭ مِّثْلُهَا
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. ( QS. Asy Syuro ayat 40 )
Imam Asy Syathibi berkata: terkadang orang yang berfatwa itu layak dipenjara dari pada pencuri (au kama qola). ( Al I’tishom )
            Terakhir kami memohon kepada Alloh agar melenyapkan kebatilan serta menegakkan tauhid dan sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah. Dan kami tutup risalah ini dengan firman Alloh:

فَوَقَعَ ٱلْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. ( QS. Al A’rof ayat 119 )
إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.


Mujahid As Salafi
( pengelola www.millahmuhammad.blogspot.com )
10 Robi’u Tsani 1434 H