AQIDAH
MENGUNGKAP HAKIKAT TAUHID HAKIMIYYAH
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin
Abdillah Alu Syaikh
Semenjak munculnya fitnah khowarij masa kini,
dari kalangan mereka banyak yang mendengung – dengungkan kalimat yang bernama
Tauhid Hakimiyyah, sebagaimana Abu Muhammad al Maqdisiy dalam kitab busuknya “Tabshirul
Uqola’ min Talbisati Ahlut Tajahhum wal Irja’”, karena itu pada kesempatan kali
ini akan kami paparkan penjelasan Syeikh Abdul Aziz bin Abdillah alu Syeikh. Semoga
bermanfaat(Red)
Ketika
seorang muslim memperhatikan kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sunnah
Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia akan mendapati bahwa tauhid ada
tiga macam.
[1]. Tauhid rububiyah yang
juga diyakini oleh kaum musyrikin seluruhnya dan tidak ada seorangpun yang
menentangnya, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah Rabb dan Khaliq (Pencipta)
segala sesuatu. Semua jiwa diciptakan di atas tauhid ini. Bahkan Fir'aun yang
berkata : 'Ana Rabbukumul A'la (Aku adalah Rabb kalian yang paling tinggi)'
(sesungguhnya juga meyakini akan hal ini -pen).
Allah berfirman tentang
Fir'aun.
"Artinya : Mereka
(Fir'aun dan kaummnya) mendustakan (risalah yang dibawa oleh Nabi Musa) karena
kedhaliman (syirik) dan kesombongannya. Sedangkan jiwa-jiwa mereka
meyakininya" [An-Naml : 14]
[2]. Apa yang ada dalam
kitab Allah berupa penjelasan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dalam
firman-Nya Ta'ala.
"Artinya : Allah
memiliki nama-nama yang paling baik, maka berdo'alah kalian kepada Allah
dengannya" [Al-A'raaf : 180]
Begitu pula sifat-sifat
Allah di dalam kitab-Nya. Allah mensifati diri-Nya dengan beberapa sifat dan
menamai diri-Nya dengan beberapa nama. Dan termasuk konsekwensi iman adalah
'engkau mengimani nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya'.
[3]. Tauhid yang
didakwahkan oleh para rasul kepada umat-umat mereka adalah mengikhlaskan agama
hanya untuk Allah dan mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah.
"Artinya : Dan Kami
tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya
bahwasanya : Tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi selain Aku. Maka
hendaklah kalian beribadah kepada-Ku" [Al-Anbiya : 25]
Apabila engkau perhatikan
Al-Qur'an, maka engkau akan mendapatkan tauhid dalam pengertian ini.
Allah berfirman.
"Artinya : Dan sungguh
jika engkau bertanya kepada mereka : 'Siapakah yang menciptakan langit-langit
dan bumi ?' Tentu mereka akan menjawab : 'Allah' " Luqman : 25]
Dan firman-Nya.
"Artinya : Katakanlah
; siapakah yang memberi rezki kepadamu dan langit dan bumi atau siapakah yang
mampu (menciptakan) pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup serta siapakah
yang mengatur segala urusan. Maka mereka akan mengatakan : 'Allah ?' [Yunus :
31]
Lalu Allah berfirman.
"Artinya : Kenapa
kalian tidak bertaqwa" [Yunus : 31]
Yakni kenapa kalian tidak
beribadah kepadaNya dan mengikhlaskan agama hanya bagi-Nya.
Adapun tentang
'al-hakimiyah', apabila yang dimaksud adalah berhukum dengan syariat Allah,
maka termasuk konsekwensi tauhid seorang hamba kepada Allah dan pemurnian
ibadah hanya kepada Allah adalah berhukum dengan syari'at-Nya.
Barang siapa meyakini bahwa
Allah itu Satu, Esa, Tunggal, Tempat bergantung, tidak ada sesembahan yang
berhak untuk diibadahi selain-Nya, maka wajib atasnya berhukum dengan
syariat-Nya dan menerima agama-Nya serta tidak menolak sedikitpun dari perkara
itu. Dengan demikian, termasuk beriman kepada Allah adalah berhukum dengan
syari'at-Nya, melaksanakan perintah-perintah-Nya, meninggalkan dan menjauhi
larangan-larangan-Nya serta berhukum dengan syari'at Allah dalam setiap
keadaan. Jika demikian halnya maksud 'al-hakimiyah' berarti termasuk dalam
tauhid uluhiyah dan tidak boleh menjadikan 'al-hakimiyah' sebagai bagian khusus
yang dipisahkan karena ia termasuk bagian dalam tauhid ibadah.
[Disalin dari Harian
Al-Muslimun, Kuwait, no 639, Jum'at , 25 Dzulhijjah 1417H]