AQIDAH
NUKILAN RISALAH BERHARGA[1]
Imam Abdul ‘Aziz bin
Muhammad Ibnu Su’ud[2]
Kami berkeyakinan bahwa tiada hak bagi selain Allah
untuk dijadikan pelindung dan penolong. Seluruh syafaat hanya bisa diberikan
oleh penghulu dan manusia mulia yaitu Muhammad –shalallahu ‘alaihi wa sallam-
(atas izin Allah), adapun selain beliau maka mereka tidak dapat memberikan
syafaat kepada seorang pun kecuali atas izin Allah. Allah berfirman:
مَن ذَا
ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ
Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi
Allah tanpa izin-Nya. (QS. Al Baqarah : 255)
أَفَحَسِبَ
ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن يَتَّخِذُوا۟ عِبَادِى مِن دُونِىٓ أَوْلِيَآءَ
Maka apakah orang-orang kafir menyangka
bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?.
(QS. Al Kahfi : 102)
وَلَا
يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرْتَضَىٰ وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِۦ مُشْفِقُونَ
dan mereka tiada memberi syafaat
melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati
karena takut kepada-Nya.(QS. Al Anbiya’ : 28)
قُل
لِّلَّهِ ٱلشَّفَٰعَةُ جَمِيعًۭا
Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah
syafaat itu semuanya. (QS. Az Zumar: 44)
وَكَم
مِّن مَّلَكٍۢ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغْنِى شَفَٰعَتُهُمْ شَيْـًٔا
Dan berapa banyaknya malaikat di langit,
syafaat mereka sedikit pun tidak berguna. (QS. An Najm: 26)
Jika
demikian, maka hakikatnya seluruh syafaat hanya milik Allah. Janganlah engkau
di dunia ini meminta kecuali kepada-Nya –subhanahu wa ta’ala-. Oleh karena itu
seluruh para Nabi dan wali – wali Allah tidak menjadikan perantara – perantara
antara Allah dan makhluk-Nya untuk mendatangkan kebaikan atau menolak bahaya,
dan Allah tidak akan menjadikan bagi para Nabi dan Wali- walinya sesuatu yang dapat
menciderai hak-Nya. Karena hak-Nya Allah –ta’ala – tidak seperti hak mereka.
Hak Allah yaitu mengibadahi-Nya dengan segala
macam ibadah yang telah Dia syariatkan dalam kitab-Nya dan melalui Lisan
Rasul-Nya. Adapun hak para Nabi –‘alaihimus salam- adalah iman kepada mereka,
beriman dengan apa yang telah datang pada mereka, mencintai mereka, memuliakan
mereka, mengikuti cahaya(ajaran) yang diturunkan beserta mereka, dan
mendahulukan cinta kepada mereka atas diri, harta, anak – anak dan manusia
seluruhnya.
Bukti kebenaran yang demikian itu adalah dengan
(kita) mengikuti petunjuk mereka, dan mengimani semua yang datang pada mereka
adalah murni dari Rabb mereka, Allah berfirman:
قُلْ إِن
كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu. (QS. Ali Imran: 31)
Serta mengimani mu’jizat – mu’jizat
mereka, meyakini bahwa mereka telah menyampaikan risalah Rabb mereka dan
menunaikan amanah serta menasehati manusia. Meyakini pula bahwa Muhammad adalah
penutup para nabi dan manusia yang paling mulia diantara mereka, meyakini
kebenaran syafaat mereka seelah mendapat izin Allah, sebagaimana yang telah
Allah teteapkan dalam kitab-Nya diperuntukkan kepada orang yang diridlaiNya
dari Ahlut Tauhid. Adapun kedudukan tertinggi yang telah disebutkan Allah dalam
kitabNya teruntuk Nabi Muhammad –shalallahu ‘alaihi wa sallam- (harus pula
diyakini).
Demikian pula hak wal-waliNya (yang
harus kita lakukan adalah) mencintai
mereka, ridla kepada mereka, mengimani karamah mereka. Bagi orang yang
menginginkan kebaikan atau menolak bahaya, Tidak boleh meminta kepada mereka.
Karena mereka tidak mampu untuk melakukan itu, dan lagi pula yang demikian itu
adalah hak khusus untuk Allah –Jallahu wa ta’ala-.
Jika suatu wilayah telah tampak
menampakkan sunnah dan menjalankan ketaqwaan atas segala hal, maka aku berhenti
berbicara mengenai hal ini kepada orang lain. Jika belum nampak, meka
menunjukkan bahwa pemimpin zaman ini termasuk orang yang menghilangkan
kemuliaan dirinya sendiri, dan membutakan mata hatinnya, isbal pakaiannya dan
menggenggam tangannya untuk menerima dakwah, memakan harta hamba Allah dengan cara
yang zhalim dan takut kepada sunnah Nabi Muhammad dan hukum- hukum Syariatnya.
Adapun aku, mengajak kalian beramal
dengan al Qur’an dan beribadah kepada Allah yang mana hal ini telah cukup bagi orang
yang mau mengambil pelajaran dengan ilmunya melalui akal dan fikiran.
Sesungguhnya itu adalah hujjah, janji dan ancaman Allah yang telah dibebankan
kepada kita. Maka barangsiapa yang menjalankan amalan dengan apa yang ia dapati
dari nenek moyang mereka yang menyelisinya dan mengikuti hawa nafsunya maka
sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.
Tauhid tidak ada ruang untuk
berijtihad, tidak pula taqlid dan tidak boleh menentang. Dan kami tidak
mengkafirkan kecuali terhadap orang yang mengingkari perkara ini dan
menghalang- halangi kami, tidak pula dia bertauhid sesuai dengan apa yang
diturunkan Allah, bahkan dia mengerjakan kebalikannya yaitu syirik akbar
dan menjadikannya sebagai agama bahkan
menjadikannya sebagai perantara dengan disertai rasa ‘inad dan baghyu
(melampaui batas), melindungi ahlusy syirik atas kami, tidak pula mengerjakan
rukun – rukun islam, menghalang – halangi manusia menerima dakwah kami,
menyuruh memerangi kami, menginginkan kami berpaling dari agama Allah kepada
syirik, menyuruh berbuat yang Allah tidak ridlai. Akan tetapi Allah akan
menyempurnakan agamanya meskipun orang musyrik benci.