Blogger templates

PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri VI)



PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri VI)

penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz bin Royyis Ar Royyis
penerjemah: Mujahid as Salafiy




MUQODDIMAH PENERJEMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الحمد لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه, كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.(Ali ‘Imran: 102).
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’: 1).
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 70-71)
Amma Ba’du... sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah ta’aladan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad salallaahu ‘alaihi wa sallamserta seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan, sedangkan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat serta setiap kesesatan adalah di neraka.
Setan senantiasa berupaya menggelincirkan manusia dari jalan Robbul ‘alamin dengan berbagai cara,  diantaranya dengan cara menebarkan syubhat yang merasuki jiwa – jiwa yang lurus terkhusus kawula muda yang minim pengetahuan tentang agama dan memiliki semangat yang membara dalam memperjuangkan islam. Hal ini telah dia nyatakan dan diabadikan oleh Alloh dalam al Qur’an agar manusia berhati – hati , wapada serta berupaya agar tidak terperdaya:

قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ* ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al A’rof 07:16-17)
            Dalam upaya membendung syubhat yang bertebaran terlebih di internet dan membungkam makar setan serta teman - temannya, karena tipu daya setan amatlah lemah, Alloh berfirman:
فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا
sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisa’ : 76)
            maka dengan pertolongan Alloh kami menghadirkan kepada pembaca sebuah bantahan yang ditulis oleh Dr. Asy Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis untuk membantah tulisan Abu Muhammad Al Maqdisiy Ishom Burqowiy yang berjudul Millah Ibrohim yang mana kitab ini banyak menjadi pegangan para takfiriyyun bahkan di puji – puji oleh pemuda – pemuda Afghanistan.
            Semoga beliau diberikan balasan oleh Alloh dengan balasan yang berlipat, menambahkan ilmu dan memanjangkan umur beliau guna menegakkan tauhid dan sunnah berdasakan pemahaman salaful ummah. Kami juga berdo’a agar tulisan ini bermanfaat, dapat membendung syubhat dan menjadi benteng kokoh terlebih bagi para salafiyyun. Amin yaa Mujibas Sailin

  Penerjemah,
  M u j a h i  d  A s   S a l a f i y
                                                 (pengelolawww.millahmuhammad.blogspot.com)

KESALAHAN KE SEMBILAN:

Telah diketahui dari Ulama’ – Ulama’ Najd yang masyhur diantaranya adalah anak – anak Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan yang mengikutinya di zaman itu, bahwa mereka mengkafiran Daulah Mesir, tentara – tentaranya dan yang mengikuti Daulah Turki sebagaimana hal ini nampak dalam banyak risalah – risalah mereka. Bahkan mereka mengkafirkan setiap orang yang loyal atau taat pada mereka dan ridla serta menjadikan mereka sahabat karib selain kaum mu’minin …….. ( timbul ) pertanyaan sekarang : jika ini adalah hukum Ulama’ – Ulama’ berilmu terhadap tentara – tentara  pada masanya yang mengikuti Daulah kafir meskipun hanya pura – pura atasnya sedangkan kaum muslimin pada zaman ini lebih banyak…… maka apa kira – kira ucapan mereka terhadap hamba – hamba al Yasiq pada saat ini yang kamu akan ketahui?????!
Dengan hukuman apa mereka akan menghukumi atas orang – orang yang menampakkan loyalitas bagi Daulah kafir misalnya tentara – tentara mereka, pasukan – pasukan mereka yang meskipun berpura – pura taat karena rasa takut atau ingin mendapatkan rumah, jabatan atau selainnya dari kedudukan dan perhiasan dunia ??? dan Dengan hukuman apa pula mereka akan mnghukumi atas orang – orang yang bersumpah setia bagi mereka dan menghormati undang – undang mereka…………   seandainya Ulama’ – Ulama’ itu hidup di zaman ini???! –selesai penukilan-
(Syaikh Abdul Aziz Ar Rayyis berkata): pada perkataan ini terdapat banyak sekali penyimpangan – penyimpangan:
-          Penyimpangan pertama   : bodohnya terhadap manhaj Ulama’ Najd, dia telah berdusta atas ulama’ najd dengan menjadikan ulama’ Najd mengkafirkan setiap orang yang loyal terhadap Daulah kafir. Sungguh Ulama’ Najd terkemuka telah membantah kedustaan ini ketika sebagian orang – orang bodoh dan orang – orang yang melampaui batas semisal al Maqidisy ini. (sebagaimana disebutkan) dalam risalah yang telah ditulis oleh Syaikh Abdullah bin Abdul ‘Aziz al ‘Unqariy:
“ telah sampai pada kami bahwa ada orang yang merasa samar atas kalian ( anak keturunan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ) dengan pergaulan kalian terhadap kaum kafir dan  mu’amalah kepada mereka dengan sebab  perdamaian dan sebab lain serta ketaan mereka kepada pemerintah. ( padahal ) yang demikian itunadalah loyalitas terhadap Musyrikin yang dilarang dalam ayat – ayat dan hadits – hadits. Barangkali yang membuat kalian paham mengenai hal itu berupa dalil – dalil ( larangan ), (hendaknya kalian membaca) ad Dalail yang telah ditulis Syaikh sulaiman bin Bin Abdillah dan kitab Sabilun Najah karya Syaikh Hamd bin ‘Atiq[1].”
(kami jawab) pertama – tama kami akan menjelaskan sebab – sebab penulisan kitab “ad Dalail, sungguh Syaikh Sulaiman menulisnya ketika tentara – tentara Turki menyerang Najd pada waktu itu. Mereka menginginkan mencabut agama dari kemurniannya. Sedangkan Tentara – tentara turki itu dibantu Ulama’ najd dari al Badiyah dan Ibu Kota Najd dan mereka pun senang dengan kehadiran mreka. Begitu pula kitab Sabilun Najah yang ditulis Syaikh Hamd bin ‘Atiq yaitu ketika tentara – tentara turki menyerang negeri kaum muslimin, dan tentara – tentara itu dibantu oleh para ulama’ sehingga Najd menjadi kacau. Oleh karena itu maka ketahuilah penulisan dari apa yang ditulis dengan pemahaman Ulama’. Maka sesungguhnya –dengan pujian bagi Allah- makna secara zhahir, adapun ma’na sebenarnya ( loyalitas yang dihukumi kafir adalah ): menyetujui orang kafir diatas kekafiran mereka, menampakkan cinta kasih kepada mereka dan menjadikan penolong atas kaum muslimin, memperbagusi perbuatan – perbuatan mereka, menampakkan kepatuhan dan ketundukkan atas kekafiran mereka. Adapun Pemimpin –semoga Allah memberinya taufiq- tidak terjatuh sedikitpun dari apa yang kami sebutkan karena sesungguhnya dia adalah pemimpin kaum muslimin dan mengawasi dalam kebaikan-kebaikan rakyat. Dan harus baginya menjaga benderanya dan  wilayahnya dari segala arah.
Adapun para Masyayikh-semoga Allah merahmati mereka- seperti syaikh sulaiman bin Abdillah, Syaikh Abdul Lathif dan syaikh Hamd bin ‘Atiq ketika mereka menyebutkan tentang ‘’Loyalitas terhadap kaum Musyrikin” menerangkannya dengan menyetujui kekafiran mereka, menolong mereka, dan menjadikan penolong atas kaum muslimin serta ridla dengan perbuatan kekafiran mereka, maka kalian-semoga Allah memberi taufiq pada kalian- hendaknya meruju’ pada perkataan mereka maka akan kalian temui sebagaimana yang kami sebutkan.
Berkata syaikh Hamd bin ‘Atiq dalm nukilan beliau dari Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alu Syaikh –semoga Allah merahmati mereka- dalam mensyarah hadits “barang siapa yang bersama orang musyrik dan tingal bersama mereka maka sesungguhnya dia seperti mereka” tidak atas zhahirnya, beliau berkata: sesungguhnya orang yang mengaku islam dan bersama kaum musyrikin dalam perkumpulan dan pertolongan (kepada orang kair atas kaum muslimin) serta bertempat tinggal di tengah – tengah mereka maka dia kafir seperti mereka meskipun mengaku islam, kecuali orang yang menampakkan agamanya dan tidak loyal terhadap kaum musyrikin. –selesai penukilan-
Lihatlah –semoga Allah memberi kalian taufiq- sampai pada ucapan beliau ini adalah penjelasan “keadaan (orang islam) Musyrik yang sepadan dari mereka. ” beliau menjelaskan kepada engkau sesungguhnya ini adalah yang mewajibkan seseorag itu menjadi kafir adapun kumpul bersama mereka dalam tempat tinggal yang masih penampakkan agama maka itu adalah kema’siatan.
Kemudian beliau (Syaikh Abdullah bin Abdul ‘Aziz al ‘Unqariy)berkata: adapun kalian mengambil ilmu dari kitab – kitab dan kalian pahami sendiri maka ini tidaklah bermanfaat, karena ilmu tidak akan mendapati manfaat kecuali dari ahlinya. Allah berfirman:
فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. ( QS. An nahl : 43 )
وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسْتَنۢبِطُونَهُۥ مِنْهُمْ
Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (ulama’) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). (QS. An Nisa’:83)
فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍۢ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌۭ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS. An Nisa : 59 )

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam “al Minhaj” setelah uacapan yang telah lalu: telah diketahuin bahwa manusia tidak akan bisa baik kecuali dengan loyalitas(taat kepada pemerintah), seandainya mereka mengetahui bahwa loyal kepada raja – raja zhalim- yakni semisal Yazid dan Hajjaj serta selain keduanya – itu lebih baik daripada kehilangan pemimpin, sebagaimana dikatakan: enam puluh tahun besama pemimpin zhalim itu lebih baik dari pada semalam tanpa pemimpin. Dan diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib –radliyallahu ‘anhu- bahwa beliau berkata: manusia harus berada pada pemerintah baik yang adil atau yang zhalim, beliau ditanya: pemerintah yang adil kita tahu (harus taat padanya), maka bagaimana dengan pemerintah yang zhalim? Beliau menjawab: (karena) pemimpin zhalim diyakini mebebaskan (tawanan) , menegakkan hukuman, melawan musuh dan mengurus urusan pemerintahan.
Hal ini disebutkan oleh Ali Ibnul Madiniy dalam kitab “Ath Tha’ah wal Ma’shiyah”[2]
Dia juga berkata: Ahlus Sunnah berkata: sesungguhnya pemimpin ditolong dalam urusan kebaikan dan takwa tidak pada urusan dosa dan kema’siatan, dita’ati dalam keta’atan kepada Allah dan tidak ditaati dalam ma’siat dan  tidak boleh memberontak dengan pedang. Hadits – hadits Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menunjukkan akan hal ini. [3]
-          Penyimpangan ke dua      : sesungguhnya kekafiran daulah turkiyyah karena mereka mencampur adukkan antara syirik akbar dalam masalah uluhiyah dan mereka dibunuh setelah ditegakkan hujjah atas mereka bukan karena mereka tidak berhukum dengan hukum Allah yang mana hal ini dalam hukum asalnya bukan termasuk kafir akbar dengan kesepakatan ulama’ salaf (bukan) seperti yang dicelotehkan oleh al Maqdisiy si ahli Takfir yang kasar lagi bodoh.
-          Penyimpangan ke tiga      : telah lalu penjelasan bahwa ulama’ – ulama’ dakwah tidak mengkafirkan setiap orang yang loyal pada daulah turkiyyah sebagaimana yang dipahami al Maqdisiy yang bodoh ini. Kemudian dengan kebodohannya  dia mengqiyaskan atas yang demikian itu dengan mentakfir orang yang terdepan dan memberi keamanan (pemerintah) dan selain mereka yang berada dalam negeri kaum muslimin hanya dengan sebab tidak berhukum dengan hukum Allah. Maha suci Allah sebagaimana Dia telah mengharamkan petunjuk, sehinga terhapus dari hatinya al Maqdisiy dan tertutup ta’bir tebal atasnya sehingga dia bertambah sesat atas kesesatannya (yang telah lalu).


[1] Sungguh pemuda yang melekat pada diri mereka sifat pemberontak dan pemikiran takfir banyak menukil dan berhujjah dengan dua kitab ini tanpa mengetahui maksud penulisnya.
[2] Juz 1 hlm 548
[3] Juz 1 hlm 556