RAMADHAN BERSAMA ULAMA’ SALAF
Ali Bin Abi Thalib berkata: mereka
para salaf selalu berharap agar amalan – amalan mereka diterima dari pada
banyak beramal. Bukankah engkau mendengar Allah berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ
ٱلْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya
Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Maidah : 27)
Dahulu
al Aswad bin Yazid mengkhatamkan al Qur’an di bulan ramadhan setiap dua malam
dan beliau tidaur antara maghrib dan isya’.[1]
Dahulu
syaddad bin Aus jika ingin beristirahat di ranjangnya, keadaannya bagaikan biji
diatas wajan (tidak tenang), kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya jahannam
terus mengancam, maka jangan engkau biarkan aku tidur . lantas beliaupun bangun
dan langsung menuju tempat shalatnya.
Ibnu
umar –radliyallahu ‘anhuma- berpuasa dan tidaklah beliau berbuka kecuali bersama
orang – orang miskin.
Yunus
bin yazid berkata: dahulu imam Ibnu Syihab jika memasuki Ramadhan beliau isi
bulan tersebut dengan membaca al – Qur’an dan memberi makan fakir miskin.
Thalq
bin Qais sewaktu Ramadhan tidaklah keluar rumah kecuali waktu shalat. (HR. Ibnu
Abi Syaibah)
Jabir
bin Abdillah –Radliyallahu ‘anhu- berkata: jika kamu berpuasa maka jagalah
pendengaran, penglihatan, dan lisanmu dari berkata dustaserta jagalah dirimu
dari berbuat dosa. (HR.Ibnu Abi Syaibah)
[1] Ini tidaklah bertentangan
dengan larangan hadits mengkhatamkan al qur’an kurang dari tiga hari. Ibnu
Rajab berkata: bahwasanya larangan hadits mengkhatamkan al qur’an kurang dari
tiga hari ituberlaku apabila dikerjakan terus menerus. (Lathaiful Ma’arif}