TAFSIR AL QUR’AN
WASIAT ALLAH TA’ALA DAN BIMBINGANNYA
Oleh: al Ustadz Abu Abdir Rahman
Nurul Yaqin -hafizhahullah-
Catatan kaki: Abu Idris As Salafiy
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ
تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11)
“Hai orang – orang yang beriman, sukakah kamu
Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
( yaitu ) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Niscaya Allah akan mengampuni dosa – dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir dibawahnya sungai – sungai dan memasukkan kamu ke tempat tinggal
yang lebih baik di jannah ‘Adn, itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi)
karunia lain yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allag dan kemenangan dekat
(waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang – orang yang beriman.”
( QS. Ash Shaaf : 10-13 )[1]
TAFSIR AYAT
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ
( yaitu ) kamu beriman
kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui( yaitu ) kamu beriman kepada
Allah dan RasulNya
IMAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA
Iman [2]kepada
Allah meliputi:
a.
menTauhidkan Allah
dari sisi Nama – nama dan Sifat - sifatNya[3]
b.
menTauhidkan Allah dari sisi Rububiyyah, yaitu memurnikan
Alah dalam perbuatan- perbuatanNya seperti menciptakan, mengatur, memberi rizki
dll[4].
c.
MenTauhidkan Allah dari segi Uluhiyyah yaitu memurnikan Allah
dalam hak-hakNya, tidak ada yang berhak disembah selainNYa.[5]
Sedangkan Iman kepada Rasulullah
–shalallahu ‘alaihi wa sallam- meliputi[6]:
a.
Membenarkan semua berita yang dibawanya.[7]
b.
Melaksanakan seluruh perintahnya dan menjauhi semua
larangannya.[8]
c.
Menyembah Allah hanya dengan syariat yang dibawanya.[9] ( Lihat
kitab Ushulil Iman )
وَتُجَاهِدُونَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11)
dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. itulah yang lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui( yaitu ) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di
jalan Allah dengan harta dan jiwamu. itulah yang lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui
I.
JIHAD[10] DENGAN
HARTA DAN JIWA
Imam Ibnu Qoyyim menjelaskan dalam
kitab “ Zaadul ma’aad juz 3 hal : 9-11(ringkasnya) bahwa jihad itu ada empat
tingkatan :
1.
Jihadun nafsi Yaitu mencurahkan segala kemampuan :
a.
Untuk mempelajari islam (berilmu).
b.
Beramal dengan ilmu tersebut.
c.
Berdakwah (menyampaikan ilmu).
Ini adalah jihad ashal (pondasi) untuk melaksanakan
jihad- jihad yang lain.
2.
Jihadusy syaithon yaitu jihad melawan setan yang menyerang
orang – orang yang beriman dengan membawa 2 senjata : senjata syubhat dan
senjata syahwat.
Dua senjata itu tidak bisa dipatahkan kecuali dengan SABAR dan YAKIN ,
sabar dapat menolak syahwat sedang yakin dapat menolak syubhat (bertauhid yang
benar dan mutaba’ah yang benar).
3.
Jihadul Kufar[11] dan
munafiqin yaitu jihad melawan mereka dengan hati, lisan, jiwa dan harta , yang
terkhususkan orang – orang kafir dengan tangan dan orang – orang munafik dengan
lisan. Sebagaimana sabda Rasulullah – Semoga shalawat serta salam tercurahkan
kepadanya-.
إنَّ
الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَ لِسَانِهِ
“Sesungguhnya orang mukmin itu jihad dengan
pedang lisannya”. (HR. Ahmad dan Thabrani dari shahabat Ka’ab bin malikو Lihat shahih jami’ no :
1934).
DAMPAK MENINGGALKAN JIHAD[12]
Rasulullah – Semoga shalawat serta
salam terlimpahkan kepadanya-.
إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد
سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم»
Maksudnya
: “ Apabila kalian melakukan jual beli ‘inah*, memegang ekor – ekor sapi, ridha
dengan bercocok tanam dan meninggalkan jihad. Maka Allah pasti menimpakan
KEHINAAN yang Dia tidak mencabutnya sehingga kalian kembali ke agama kalian”. (
HR. Abu Daud, dari Ibnu Umar, As Shahihah, no : 11 HR.Ahmad, Ibnu Syahin,
Thabrani, Ibnu ‘Adi dan Abu nu’aim, lihat Shahih Jami’ no : 423, dengan
kedudukan hadits tersebut “ Shahih”).
يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ
قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)
Niscaya Allah akan mengampuni dosa –
dosa dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai –
sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn.
Itulah keberuntungan yang besar.Dan (ada lagi) karunia yang lain kamu sukai
(yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang – orang yang beriman.
Jika
kita telah melakukan semuanya itu maka: DAPAT KEAMPUNAN DARI SELURUH DOSA,
MASUK SURGA, mendapatkan PERTOLONGAN ALLAH, dan diberi KEMENANGAN YANG DEKAT.
Wallahu a’lam wal ‘ilmu ‘indallah
هل
huruf istifham bermakna pengkhabaran
وأدلكم
fi’il mudlari’ marfu’ dan failnya tersebunyi takdirnya “ana (saya)”, kum :
maf’ul bih
على تجارة muta’aliq dengan kalimah “adullukum”
تنجيكم :
sifat dari kalimah “tijarah”
من عذاب muta’aliq dengan jumlah “Tunjikum”
أليم :
shifat kalimah “Adzab” ( I’rabul Qur’an wa Bayanuhu )
Tafsir ayat secara
Umum: ini adalah wasiat, petunjuk dan bimbingan dari dzat yang Maha Pengasih
lagi Maha penyayang kepada hambaNya yang beriman berupa perdagangan yang mulia
menghasilkan selamat dari adzab yang pedih dan mendapat keberuntungan berupa
nikmat surga. ( Taisir Karimir Rahman fii Tafsiri Kalamil Mannan, Syaikh As
Sa’di surat Shaaf ayat 10 )
[2] Iman adalah ucapan dan
perbuatan, iman dengan ucapan yaitu diucapkan dengan lisan adapun iman dengan
perbuatan yaitu mengerjakan amal shalih dengan anggota badan, keimanan bisa
bertambah dengan ketaatan kepada Allah azza wa jalla dan berkurang dengan
kemaksiatan. (Lum’atul I’tiqad 28 )
[3] Ini dinamakan Tauhid asma’ wash
Shifat yaitu mengimani akan nama – nama dan shifat – shifat Allah tanpa
diselewengkan ma’na dan hakikatnya. Kita beriman dengannya dan membenarkan
tanpa harus bertanya dengan kalimat “bagaimana hakikatnya” atau semisalnya.
Kita katakan shifat Allah sebagaimana yang telah Allah firmankan, kita
menshifati sebagaimana Dia –azza wa jalla- mensifati dirinya sendiri ( Lum’atul
I’tiqad 07 )
[4] Allah berfirman:
Katakanlah:
"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan
Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki
siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". ( QS. Ali Imraan : 26-27
)
[5] Allah berfirman:
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. ( QS. Az Zumar : 11 )
[6] Termasuk katagori iman kepada Rasulullah Muhammad –shalallahu ‘alaihi
wa sallam- adalah meyakini bahwa beliau adalah hamba Allah sekaligus utusanNya,
beliau adalah manusia yang paling mulia. Allah berfirman:
Katakanlah Muhammad, sesungguhnya
aku adalah manusia seperti kalian. ( QS. Al Kahfi : 110 )
[7] Ya’ni meyakini berita yang
zhahir ataupun yang ghaib, baik akal kita menjangkau maupun tidak, semisal
kisah isra’ dan Mi’raj. Karena semua yang beliau –shalallahu ‘alaihi wa sallam-
bawa adalah benar dari Allah bukan hawa nafsu beliau. Allah berfirman:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى *
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
dan tiadalah
yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). ( QS. An Najm : 3-4 )
[8] Allah berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya. ( QS. Al Hasyr : 07 )
[9] Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ( QS. Ali Imran : 31 )
[10] Jihad adalah isim mashdar dari
fi’il Ruba’i Jaahada ( جاهد ) yang berarti mencurahkan
tenaga. ( lihat Fathul Baari bab Jihad )
[11] Hukum
jihad melawan orang kafir adalah fardlu kifayah –menurut jumhur Ulama’-, mereka
berdalil dengan firaman Allah:
لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي
الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ
فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى
الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ
الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
Tidaklah sama
antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ´uzur
dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya
atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah
menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. ( QS. An Nisa’ : 95 )
Ayat ini
menunjukkan orang yang tidak ikut berjihad tidaklah berdosa. ( Lihat Al Mughni
13/7 )
[12] Tambahan judul dari pemberi
catatan kaki
*)Al-‘Inah adalah seseorang menjual suatu barang dengan harga tertentu secara kredit lalu ia kembali membelinya dari pembeli dengan harga yang lebih sedikit secara kontan.
Hakikatnya ia tidaklah dianggap sebagai jual beli, melainkan hanya sekedar pinjaman riba yang disamarkan dalam bentuk jual beli dan termasuk bentuk hilah (tipu daya) orang-orang yang senang melakukan riba.
Contoh : Ahmad menjual barang kepada Muhammad dengan harga Rp. 1.000.000,- secara kredit selama satu bulan, kemudian Ahmad atau yang mewakilinya kembali datang kepada Muhammad membeli barang tersebut dengan harga Rp. 800.000,- secara kontan.