Sesungguhnya kami telah mengirimkan kepada Usamah bin Laden beberapa surat nasehat, kana tetapi Alloh lebih mengetahuinya sampai atau tidak surat itu kepadanya. Sesungguhnya telah datang kepada kami beberapa saudara dari mereka, dimana mereka mengajukan bala bantuan kepada kita dan pertolongan kepada kita untuk berdakwah kepada Allah. Namun setelah itu kami terkejut tatkala mereka mengirimkan harta dan meminta kepada kami untuk membagikannya kepada para pembesar-pembesar suku/kabilah untuk membeli tank dan persenjataan. Namun aku tolak tawaran mereka dan aku minta mereka supaya tidak dating lagi ke kediamanku untuk kedua kalinya. Dan aku terangkan pada mereka bahwa aktivitas kami adalah aktivitas murni dakwah saja dan kami tidak pernah memberikan izin kepada murid-murid kami beraktivitas selainnya (yakni selain dakwah, pent.).
Beliau juga berkata di dalam kitab Tuhfatul Mujib, dari rekaman kaset tertanggal 18 Shofar 1417 yang berjudul Min Waro` at-Tafjiiraat fi Ardhi al-Haramain : "Dan demikian pula dengan menyandarkan perkara (agama) kepada orang-orang bodoh, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim di dalam Shahih mereka, dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan begitu saja dari para hambahamba- Nya. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga apabila tidak tersisa lagi para ulama, maka manusia menjadikan pimpinan-pimpinan yang bodoh, mereka ditanya dan berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan."
Seperti yang dikatakan (oleh orang-orang bodoh, pent.) bahwa si fulan yang alim ini tidak faham waqi' (realita) sedikitpun, atau dia adalah seorang alim yang jumud (beku/kaku metode berfikirnya, pent.) dengan maksud tanfir (menjauhkan ummat dari ulama, pent.), sebagaimana yang di'kata'kan oleh Majalah "As- Sunnah" (milik al-Muntada Inggris yang dikelola Muhammad Surur Zainal Abidin, pent.) –yang lebih layak disebut dengan "Al-Bid'ah"- yang menampakkanpermusuhan sengitnya terhadap ahlus sunnah semenjak (meletusnya perang) teluk.
Dan saya katakan, sesungguhnya manusia tatkala mereka mulai meninggalkan ruju' (mengembalikan segala permasalahan, pent.) kepada para ulama, mereka akan menyimpang. Allah Azza wa Jalla berfirman : "Jika datang kepada mereka suatu berita tentang ketentraman atau ketakutan, mereka segera menyiarkannya. Seandainya mereka mau menyerahkan perkara tersebut kepada Rasul dan Ulil Amri di tengah-tengah mereka, niscaya tentulah orang-orang yangingin mengetahui kebenarannya akan mengetahuinya dari mereka."
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri adalah para ulama, umara' (penguasa), uqolaa' (orang yang berakal) dan orang-orang yang shalih.
(Lihatlah) Qorun ketika dia keluar di hadapan kaumnya dengan segala perhiasannya, maka berkatalah orang-orang ahlud dunya (pencinta dunia) :
"Semoga kiranya kita memiliki seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar benar memiliki keberuntungan yang besar. Namun orang-orang yang berilmu berkata, kecelakaan besarlah bagi kamu, pahala yang Allah berikan adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan tidaklah diperoleh pahala tersebut kecuali oleh orang-orang yang sabar." (QS. Al-Qoshosh 80)
Adapun para ulama, mereka meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.
"Dan itulah permisalan-permisalan yang kami buat bagi manusia dan tiada yang memahaminya melainkan orang-orang yang berilmu."(QS. Al-Ankabut 43)
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berilmu."(QS. Ar-Ruum 22)
"Allahmeninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah 11)
Lantas, siapakah orang yang diangkat (derajatnya) oleh Allah, para ulama ataukah para pelaku revolusi dan kudeta?! Telah datang sebuah hadits di dalam Shohih al-Bukhari dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam ditanya : "Kapankah as-Sa'ah (terjadinya kiamat)?", Rasulullah menjawab :
"Apabila urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehadiran as-Sa'ah."
Diantara contoh dari fitnah ini adalah fitnah yang telah hampir meliputi Yaman yang dihembuskan oleh Usamah bin Laden. Apabila dikatakan pada dirinya : "kami memerlukan dana sebesar 20.000 Real Saudi untuk membangun Masjid di negeri ini." Maka dia (Usamah) menjawab : "Kami tidak memiliki kemampuan (sebesar itu), akan kami berikan insya Allah sebatas kemampuan kami." Namun apabila dikatakan padanya : "Kami memerlukan tank-tank, persenjataan dan selainnya." Maka niscaya dia akan menjawab : "Ambillah ini, 100.000 –atau lebih- dan insya Allah akan menyusul sisanya." –selesai-
Beliau juga berkata di dalam kitab Tuhfatul Mujib, dari rekaman kaset tertanggal 18 Shofar 1417 yang berjudul Min Waro` at-Tafjiiraat fi Ardhi al-Haramain : "Dan demikian pula dengan menyandarkan perkara (agama) kepada orang-orang bodoh, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim di dalam Shahih mereka, dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan begitu saja dari para hambahamba- Nya. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga apabila tidak tersisa lagi para ulama, maka manusia menjadikan pimpinan-pimpinan yang bodoh, mereka ditanya dan berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan."
Seperti yang dikatakan (oleh orang-orang bodoh, pent.) bahwa si fulan yang alim ini tidak faham waqi' (realita) sedikitpun, atau dia adalah seorang alim yang jumud (beku/kaku metode berfikirnya, pent.) dengan maksud tanfir (menjauhkan ummat dari ulama, pent.), sebagaimana yang di'kata'kan oleh Majalah "As- Sunnah" (milik al-Muntada Inggris yang dikelola Muhammad Surur Zainal Abidin, pent.) –yang lebih layak disebut dengan "Al-Bid'ah"- yang menampakkanpermusuhan sengitnya terhadap ahlus sunnah semenjak (meletusnya perang) teluk.
Dan saya katakan, sesungguhnya manusia tatkala mereka mulai meninggalkan ruju' (mengembalikan segala permasalahan, pent.) kepada para ulama, mereka akan menyimpang. Allah Azza wa Jalla berfirman : "Jika datang kepada mereka suatu berita tentang ketentraman atau ketakutan, mereka segera menyiarkannya. Seandainya mereka mau menyerahkan perkara tersebut kepada Rasul dan Ulil Amri di tengah-tengah mereka, niscaya tentulah orang-orang yangingin mengetahui kebenarannya akan mengetahuinya dari mereka."
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri adalah para ulama, umara' (penguasa), uqolaa' (orang yang berakal) dan orang-orang yang shalih.
(Lihatlah) Qorun ketika dia keluar di hadapan kaumnya dengan segala perhiasannya, maka berkatalah orang-orang ahlud dunya (pencinta dunia) :
"Semoga kiranya kita memiliki seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar benar memiliki keberuntungan yang besar. Namun orang-orang yang berilmu berkata, kecelakaan besarlah bagi kamu, pahala yang Allah berikan adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan tidaklah diperoleh pahala tersebut kecuali oleh orang-orang yang sabar." (QS. Al-Qoshosh 80)
Adapun para ulama, mereka meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.
"Dan itulah permisalan-permisalan yang kami buat bagi manusia dan tiada yang memahaminya melainkan orang-orang yang berilmu."(QS. Al-Ankabut 43)
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berilmu."(QS. Ar-Ruum 22)
"Allahmeninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah 11)
Lantas, siapakah orang yang diangkat (derajatnya) oleh Allah, para ulama ataukah para pelaku revolusi dan kudeta?! Telah datang sebuah hadits di dalam Shohih al-Bukhari dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam ditanya : "Kapankah as-Sa'ah (terjadinya kiamat)?", Rasulullah menjawab :
"Apabila urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehadiran as-Sa'ah."
Diantara contoh dari fitnah ini adalah fitnah yang telah hampir meliputi Yaman yang dihembuskan oleh Usamah bin Laden. Apabila dikatakan pada dirinya : "kami memerlukan dana sebesar 20.000 Real Saudi untuk membangun Masjid di negeri ini." Maka dia (Usamah) menjawab : "Kami tidak memiliki kemampuan (sebesar itu), akan kami berikan insya Allah sebatas kemampuan kami." Namun apabila dikatakan padanya : "Kami memerlukan tank-tank, persenjataan dan selainnya." Maka niscaya dia akan menjawab : "Ambillah ini, 100.000 –atau lebih- dan insya Allah akan menyusul sisanya." –selesai-