TAFSIR AL QUR’AN
BALASAN UNTUK ORANG – ORANG YANG
BERTAQWA
Oleh: Al Ustadz Abu Abdir Rahman
Nurul Yaqin -Hafizhahullah-
Catatan kaki: Abu Idris as Salafiy
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن
شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ،
ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ
لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا
تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .
{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا } [النساء: 1] .
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
أما
بعد
Kita akan mentadabburi sebagian ayat – ayat Allah ta’ala yang mana
semoga hal itu dapat menambahkan keimanan kita kepada-Nya, adapaun yang akan
kita baca pada kesempatan kali ini adalah Firman Allah ta’ala dalam surah an
Naba’. Allah
berfirman:
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا.حَدَآئِقَ وَأَعْنَٰبًۭا. وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًۭا.وَكَأْسًۭا دِهَاقًۭا.لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا
لَغْوًۭا وَلَا كِذَّٰبًۭا. جَزَآءًۭ مِّن رَّبِّكَ عَطَآءً حِسَابًۭا
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat
kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang
sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak
mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai
balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak. ( QS. An Naba’ 31-36 )
MAKNA TAQWA[1]
Asal
taqwa adalah menjaga dari hal yang dibenci[2], telah
datang riwayat bahwa Umar bin Khatab –radliyallahu ‘anhu- bertanya kepada Ubaiy
bin Ka’b –radliyallahu ‘anhu- tentang taqwa, beliau menjawab: “ tidakkah kamu
pernah berjalan di jalan yang berduri? ” Umar menjawab: tentu saja, beliau
bertanya lagi: apa yang kamu lakukan? Umar menjawab: Aku akan berhati – hati
dan bersungguh dalam meletakkan kakiku. Beliau berkata: itulah taqwa. ( Tafsir
Ibnu Katsir awal surah al Baqarah )
Rasulullah
bersabda:
لا
يبلغ العبد أن يكون من المتَّقين حتى يدع ما لا بأس به حذرًا مما به بأس . ثم قال الترمذي: حسن غريب
“tidaklah sampai seorang berada pada golongan orang – orang
yang bertaqwa sehingga dia meninggalkan sesuatu yang mubah karena kewaspadaan
dari terjatuh dalam perkara yang bermasalah.” ( HR. Tirmidzi, dia berkata:
Hadits Hasan Gharib )
BALASAN – BALASAN BAGI ORANG YANG BERTAQWA[3]
- Mendapat kesuksesan
Allah Ta’ala memberikan janji kepada
orang – orang yang bertaqwa dalam firmanNya: إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا
(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu mafaaza (kesuksesan) )
Abdullah bin Abbas berkata: mafaaza adalah “Taman Hiburan”[4], inilah
pendapat yang dilihat kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsir ayat ini.[5]
Sementara menurut Mujahid dan Qatadah mengatakan: “mereka itu
sukses, selamat dari neraka.”[6]
- Dapat kebun – kebun dan buah anggur
Allah telah menagaskan dalam firmanNya: حَدَآئِقَ وَأَعْنَٰبًۭا (yaitu kebun – kebun
dan buah anggur), imam Ibnu Katsir memberi penjelasan tentang kalimah
“Hadaaiqa” yaitu kebun – kebun kurma dan lainnya. [7]
- Dapat gadis – gadis perawan
Sebagaimana firmanNya: وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًۭا (dan gadis – gadis
remaja yang sebaya).
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa Ibnu
Abbas, Mujahid dan yang lainnya mengatakan : ( kawaaib ) yaitu montok – montok,
maksudnya buah dada mereka itu montok – montok yang tidak menjulur ke bawah,
karena mereka itu gadis – gadis perawan yang penuh kasih sayang lagi sebaya
umurnya. [8]
- Dapat gelas – gelas yang berisi penuh
Allah ta’ala berfirman: وَكَأْسًۭا دِهَاقًۭا (dan gelas – gelas yang
penuh).
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa Ibnu
Abbas berkata tafsir ayat tersebut : “penuh secara terus menerus”, Ikrimah
berkata: bersih lagi murni.[9]
- Tidak mendengar perkataan yang sia – sia
Allah yang Maha Penyayang berfirman: .لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًۭا وَلَا كِذَّٰبًۭا ( di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia – sia
dan tidak pula perkataan dusta )
Imam Ibnu Katsir menjelaskan: tidak ada sedikitpun ucapan di dalam
surga yang kosong dari faedah dan tidak ada pula sedikitpun dosa kebohongan,
bahkan surga itu negeri keselamatan dan semua yang ada di dalamnya selamat dari
adanya kekurangan. [10]
- Mendapat pemberian yang cukup
Allah yang Maha kaya menutup dengan firmanNya: جَزَآءًۭ مِّن رَّبِّكَ عَطَآءً حِسَابًۭا ( sebagai
balasan dari Rabbmu dan pemberian yang cukup banyak )
Imam Ibnu Katsir menandas ulang dengan berkata: yang kami sebutkan
inilah balasan dari Allah yang dengan keutamaan, karunia, kebaikan dan
rahmahNya, Dia memberikan semua ini kepada mereka ( athaa-an Hisaban ) yaitu
suatu pemberian yang cukup, melimpah, menyeluruh dan banyak. [11]
[1] Tambahan dari pemberi catatan kaki
[2]
Ini adalah arti menurut bahasa,
sedangkan menurut istilah adalah mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi segala larangannya. ( mengambil Faidah dari syarah Riyadlush Shalihin,
syaikh Utsaimin )
[3] Berkata Hasan Al Bashri: orang yang bertaqwa
adalah mereka yang menjauhi apa yang diharamkan atas mereka dan mengerjakan apa
yang diwajibkan atas mereka ( tafsir ath Thabari 1/232 ), diantara ciri – ciri
orang yang bertaqwa adalah :
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ
وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ
orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. ( QS. Ali
Imran : 134 )
[4] riwayat ini juga dibawakan oleh ath thabari
dalam kitab Tafsirnya 24/170, as Suyuthi dalam Durarul Mantsur 11/01, asy Syaukani dalam kitab Tafsirnya
10/01 dan Abu Hatim dalam Tafsirnya, akan tetapi riwayat ini dlaif dari segi
sanadnya, karena terdapat rawi bernama Abu Kuraib Muhammad ibnu ‘Alaa’. ( lihat
catatan kaki tafsir Thabari 24/170 dengan Tahqiq Syaikh Ahmad Syakir )
[5] Tafsir Ibnu Katsir 8/308, al Maktabah asy
Syamilah
[6] Idem
[7] Idem
[8] Idem
[9] Idem
[10] Idem
[11] Tafsir Ibnu Katsir 8/309, al Maktabah asy
Syamilah