oleh: Abu Usamah al - Jawi
tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah Ta’ala dalam penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan dan Maha kuasa atas segala sesuatu. Hal ini wajib diimani oleh setiap muslim.
Allah ta’ala berfirman:
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”(QS. Al-Fatihah : 2).
Allah ta’ala juga berfirman:
“Mahasuci Allah Yang di Tangan-Nya segala kekuasaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk : 1).
Semua orang, bahkan orang yang non muslim jika ditanya mengenai siapa Tuhannya tentu akan menjawab, “Allah.” Tetapi pengimanan bahwasanya yang menciptakan sesuatu, mengatur dan Maha Kuasa Atas segala sesuatu mempunyai konsekwensi atau mengharuskan adanya pembuktian dengan pemurnian peribadatan atau segala bentuk penyembahan hanya kepada Allah Ta’ala saja.
Hal ini berarti siapa yang mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala ( tauhid uluhiyah, lihat buletin edisi 20 “ Inti Dakwah Para Rasul )
Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma’bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do’a kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untuk-Nya dan karena-Nya semata.
Tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah. Allah membantah orang yang mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah : 21-22 )
Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaan-Nya terhadap manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buahbuahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka sangat tidak pantas bagi mereka jika menyekutukan Allah dengan yang lain-Nya, dari bendabenda atau apapun yang mereka sendiri mengetahui bahwa itu tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.
Tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah. Allah banyak berhujjah atas orang-orang musyrik dengan cara ini. Dia juga memerintahkan Rasul-Nya untuk berhujjah atas mereka seperti itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya : Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengeta-hui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (Al- Mu’minun : 84-89)
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia …” (Al- An’am : 102)
Allah berdalil dengan tauhid rububiyah-Nya atas hakNya untuk disembah. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi tujuan dari penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat : 56)
Arti ” Ya’buduun ” adalah mentauhidkan Allah dalam ibadah. Seorang hamba tidaklah menjadi muwahhid hanya dengan mengakui tauhid rububiyah semata, tetapi ia harus mengakui tauhid uluhiyah serta mengamalkannya. Kalau tidak, maka sesungguhnya orang musyrik pun mengakui tauhid rububiyah, tetapi hal ini tidak membuat mereka masuk dalam Islam, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi mereka. Padahal mereka mengakui bahwa Allah-lah Sang Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: ‘Allah’, …” (Az- Zukhruf : 87 )
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’, niscaya mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan oleh Yang Ma h a Perkasa lagi Maha Mengetahui’.” (Az-Zukhruf : 9)
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: “Allah”. (Yunus : 31)
Hal semacam ini banyak sekali dikemukakan dalam Al-Qur’an. Maka barangsiapa mengira bahwa tauhid itu hanya meyakini wujud Allah, atau meyakini bahwa Allah adalah Al-Khaliq yang mengatur alam, ma k a sesungguhnya orang tersebut belumlah mengetahui hakikat tauhid yang dibawa oleh para rasul. Karena itu berarti ia hanya sampai pada dalil tetapi ia meninggalkan isi dan inti dari dalil tersebut atau ia hanya beramal dalam hati saja dan tidak beramal dengan lisan dan anggota badannya dan itu menyelisihi dari makna dan hakekat Iman. ( Redaksi )