AKIBAT DARI KESYIRIKAN
Oleh: al Ustadz Abu Abdir Rahman
Nurul Yaqin, Lc –hafidzahullah-
Catatan Kaki: Abu Idris As Salafiy
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ
ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa’: 48)[1]
Pelajaran dari ayat diatas:
1.
Allah
menghabarkan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa Syirik.
2.
Syirik
adalah dosa besar dan kezhaliman yang besar, Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا
تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ
Dan (ingatlah) ketika
Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". (QS.
Luqman: 13)
3.
Haram
Masuk surga, Allah berfiman:
إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ
ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. (QS. Al Maidah:
72)
4. Batal semua amalannya dan
termasuk orang yang merugi, Allah berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi. (QS. Az Zumar: 65)
Apa
itu Syirik?
Para ulama’ menjelaskan bahwa syirik
adalah menjadikan untuk Allah suatu tandingan dalam berdoa, kecintaan,
keinginan, ketaatan dan lainnya.[2]
وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَٰنَ لَهُۥ
بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ
ٱلْكَٰفِرُونَ
Dan
barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada
suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (QS. Al
Mu’minun: 117)
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ
Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. (QS. Al Baqarah
: 165)[5]
-
Syirik Niat atau keinginan[6],
sebagaimana FirmanNya:
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ.أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا
ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌۭ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Huud: 15-16)
-
Syirik dalam masalah ketaatan[7],
sebagaimana dalam firmanNya:
ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ
أَرْبَابًۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (QS. At Taubah : 31)
[1]
Terjemah perkata:
إِنَّ ٱللَّهَ: sesungguhnya Allah
لَا يَغْفِرُ: Dia tidak akan mengampuni
أَن يُشْرَكَ:
Dia dipersekutukan
بِهِۦ: dengan Dia
وَيَغْفِرُ: dan mengampuni
مَا دُونَ ذَٰلِكَ: dosa
selain syirik
لِمَن يَشَآءُ ۚ: bagi
siapa saja yang Dia kehendaki
وَمَن يُشْرِكْ: dan barang siapa berbuat syirik
بِٱللَّهِ: terhadap Allah
فَقَدِ
ٱفْتَرَىٰٓ: sungguh dia telah berbuat
إِثْمًا
عَظِيمًا: dosa besar
Tafsir ayat secara umum
Berkata Syaikh As Sa’di: Allah ta’ala mengabarkan bahwa
Dia tidak akan mengampuni bagi siapapun yang menyekutukanNya dan mengampuni
selain dosa syirik, baik dari dosa kecil dan besar. Tentunya yang demikian itu
berdasarkan kehendaknya untuk mengampuni dosa tersebut. (Taisir Karimir Rahman
hlm 162)
[2]
Syirik terbagi menjadi dua yaitu syirik besar dan kecil, adapun yang disebutkan
oleh penulis adalah syirik besar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari islam.
Syirik kecil sendiri terbagi menjadi dua yaitu syirik nyata dan yang samar,
contoh syirik kecil yang nyata adalah bersumpah selain nama Allah, memakai
jimat-jimat sebagai sarana menolak bahaya atau mendatangkan manfaat dengan
catatan hal itu sebagai sebab, adapun jika meyakininya maka masuk dalam syirik
besar. Sedangkan syirik kecil yang tersembunyi adalah melakukan ibaddah karena
riya’ atau sum’ah. (mengambil Faidah dari kitab Tauhid,Syaikh Shalih al Fauzan)
[3]
Yakni berdoa kepada selain Allah untuk menunaikan hajatnya, seperti berdoa
kepada kepada para wali atau kuburannya agar menunaikan hajatnya.
Berkata Imam Ibnul Qayyim:
diantara bentuk kesyirikan adalah meminta kepada orang yang telah mati agar
terpenuhi hajatnya, beristighatsah kepada mereka, dan menghadap dengan penuh
harapan kepada mereka. Ini adalah awal kali kesyirikan dalam dunia. Padahal mayyit
telah terputus amalanya, dia tidak bisa mendatangkan manfaat dan bahaya atas
dirinya. (Fathhul Majid hlm 202)
[4]
Yakni menyamakan Allah dalam hal kecintaan kepada selainNya.
[5] Berkata Ibnul Qayyim: Allah menghabarkan
bahwa siapa yang cinta kepada selain Allah sebagaimana dia mencintai Allah maka
dia termasuk orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan. (Madarijus
Salikin baina Manazil iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in)
[6]
Yakni seorang menujukan ibadahnya kepada selain Allah.
Berkata Syaikh Abdur Rahman
bin Hasan alu Syaaikh: sesungguhnya
ibadah yang ditujukan untuk dunia merupakan kesyirkan yang menghilangkan
tauhid, menghapus pahala amal. Karena dia merupakan riya’ yang paling besar.
(Fathul Majid hlm 451)
[7]
Yakni taat dalam menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan sebaliknya. (Majmu’
Fatawa 7/70)
Berkata Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab: siapa yang mentaati Ulama’ atau pemimpin dalam mengharamkan apa
yang telah dihalalkan Allah, atau menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah,
maka dia telah membuat tandingan selain Allah. (Kitabut Tauhid)