BANTAHAN
MEREKA BUKAN FIR'AUN, WASPADALAH WAHAI JAHILUN
الحمد لله رب العالمين حمداً كثيراً وصلى الله
على محمد عبده ورسوله وعلى ملائكة
الله المقربين وأنبيائه المرسلين ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم…
Maha suci Alloh yang telah berfirman dalam kitabnya yang
disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam:
مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى
لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ
وَازِرَةٌۭ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ
Barang siapa
yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya
dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak
dapat memikul dosa orang lain. ( QS. Al Isro’ ayat 15 )
Dan Segala puji bagi Alloh yang
ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Yang menundukkan makhluk dengan kemuliaan dan
hukum -Nya. Yang melunakkan hati hamba-hamba-Nya, dan menyinari mata hati
mereka dengan nur-nur hidayah yang
dikandung oleh kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya. Shalawat dan salam kepada makhluk-Nya yang paling mulia dan
penutup Rasul-Rasul-Nya, Muhammad, yang membimbing manusia kepada Robb mereka,
dan yang menundukkan hati mereka dengan jalan-jalan hidayah yang dia bawa
kepada mereka, dan Shalawat serta salam
semoga terlimpahkan pula kepada keluarganya, para sahabatnya beserta
orang-orang yang mengambil petunjuknya dan mengikuti sunnahnya sampai hari
Kiamat. Amma ba'du.
Diantara fitnah besar yang menimpa negeri ini khususnya
dan negeri kaum muslimin pada umumnya yaitu fitnah Khowarij yang senantiasa
meluncurkan talbis dan tadlis. Diantara talbis dan tadlis mereka yaitu makalah
yang telah lama beredar di internet yang
berjudul “FIR’AUNISME” yang ditulis oleh tokoh takfiri Aman Abdur
Rohman. Mula – mula kami tidak ingin membantah tulisan tersebut karena kami
melihat isinya tidak lebih melainkan hanya pengkafiran terhadap pemerintah
yang ada dan dalam tulisan tersebut menunjukkan pula akan kebodohan
penulis tentang sejarah nabi Musa ‘alaihis salam.
Akan
tetapi para muqollidnya gencar menyebarkan makalah tersebut baik melalui website-website,
facebook, twitter maupun dunia nyata. Karena itu kami memohon kepada Alloh
supaya memberikan taufiq kepada kami untuk membuat bantahan atas makalah
tersebut, agar menjadi penerang bagi muqollidin dan benteng bagi kaum muslimin
terkhusus saudara – saudara kami Salafiyyin.
Dalam
risalah bantahan yang ringkas ini kami akan membagi menjadi tiga bagian:
I.
Muqoddimah ilmiyyah
II.
Bantahan secara global
III. Bantahan
secara terperinci
Bagian
pertama
Muqoddimah
Ilmiyyah
Sebelum masuk kepada bantahan, kami akan memberikan
beberapa bahasan yang kami anggap penting yang insya Alloh ada kaitannya dengan
bantahan tersebut. Semoga Alloh memberi tambahan ilmu kepada kita
- Pentingnya
sejarah
يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمَآ
أُنزِلَتِ ٱلتَّوْرَىٰةُ وَٱلْإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعْدِهِۦٓ ۚ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ
Hai Ahli Kitab,
mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil
tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. ( QS.
Ali Imron ayat 65 )
Syeikh Abdur
Rohman bin Nasir as Sa’di berkata: dalam ayat ini terdapat anjuran untuk
mempelajari ilmu sejarah karena sejarah merupakan kunci untuk membantah
kebanyakan ucapan – ucapan batil dan anggapan – anggapan yang bertentangan
dengan sejarah. ( Taisir Karimir Rohman 1/304 )
- Hendaknya menafsirkan al – Qur’an tidak dengan ro’yu
Metode tafsir
yang baik adalah al – Qur’an dengan al – Qur’an, kemudian jika tidak dijumpai
maka al Qur’an dengan Hadits, jika tidak dijumpai maka al – Qur’an ditafsirkan
dengan perkataan Shohabat ridlwanullohu ‘alaihim jami’an, jika tidak dijumpai
pula maka al – Qur’an ditafsirkan dengan ucapan tabi’in. adapun menafsirkan al
– Qur’an dengan ro’yu, maka Ibnu katsir
berkata dalam muqoddimah tafsir beliau:
Adapun
menafsirkan al Qur’an atas dasar pikiran semata, misalnya karena dia mengerti
bahasa arob, maka hukumnya harom. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Nabi Muhammad
bersabda:
Barang siapa
yang menafsirkan al qur’an dengan pendapatnya sendiri atau dengan apa yang
tidak ia ketahui, maka bersiap – siaplah menempati tempat duduknya di neraka. (
HR. Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Jarir ). ( mengambil faedah secara ringkas dari
tafsir Ibnu Katsir 1/6-8 )
- Peringatan agar tidak
memperturutkan hawa nafsu, karena memperturutkan
hawa nafsu dapat menjadikan seorang itu buta dan tuli akan syariat. Alloh
berfirman:
أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ
عَلَىٰ عِلْمٍۢ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ
غِشَٰوَةًۭ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. ( QS. Al Jatsiyah 26 )
- Bahwasanya metode dakwah khowarij adalah senantiasa
membawakan ayat – ayat hukum dalam kajian – kajian mereka.
Berkata imam al Ajurriy:
diantara ayat – ayat mutasyabihat yang diikuti khowarij adalah
) وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْكَافِرُونَ (
Disamping itu mereka juga
membaca ayat:
) ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (
Ketika mereka melihat hakim
yang tidak berhukum dengan benar (hukum Alloh, pent) mereka berkata: pemerintah
telah kafir, barangsiapa kafir terhadap robbnya maka sungguh telah berbuat
syirik. Maka ketahuilah mereka itu adalah pemerintah – pemerintah kaum
musyrikin. Maka jika kamu melihat mereka ( khowarij ) maka
pergilah, karena mereka telah menta’wil ayat ini ( Asy Syariah hlm 27 )
Bagian
II
Bantahan
secara global
Isi
makalah yang ditulis oleh Aman Abdur Rohman secara ringkas berisi tentang
penyamaannya antara pemerintah islam dengan fir’aun. Maka ini Sungguh
penyamaan yang jauh dan merupakan kebodohannya, kita ingatkan padanya wahai
Aman:
إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلْبُكْمُ
ٱلَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi
Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun. (
QS. Al Anfal ayat 22 )
pemerintah yang ada tidaklah seperti Fir’aun
ditinjau dari beberapa segi:
1. fir’aun
jelas – jelas kafir terhadap Alloh. Sebagaimana
firman-Nya:
ٱذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ
"Pergilah kamu kepada
Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. ( QS. An – Nazi’at ayat 17 )
Makna thogo adalah: merasa
tinggi, sombong dan kafir kepada Alloh. ( Tafsir Khozin 2/206 )
Makna Thogo yang lain
adalah: melampaui batas, sombong terhadap Alloh dan kafir kepada-Nya. (
Tafsir al Maroghi 30/26, al Maktabah asy Syamilah )
وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ
ٱلْمُسْرِفِينَ
Sesungguhnya Firaun itu
berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang
yang melampaui batas.( QS. Yunus ayat 84 )
وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
dan selamatkanlah kami
dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir ( firaun
dan pengikutnya )." ( QS. Yunus 86 )
2. Fir’aun mendustakan/juhud qolbi dan lisan akan kebenaran yang
dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam, sebagaimana
Firman-Nya:
فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ
Tetapi Firaun mendustakan
dan mendurhakai. ( QS. An Nazi’at ayat
21 )
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنۢ بَعْدِهِم مُّوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَىٰ
فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦ فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۖ
Kemudian Kami utus Musa
sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan
pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. ( QS. Al A’rof
ayat 103 )
3. Fir’aun hatinya telah dikunci Alloh untuk menerima kebenaran
berkat doa Nabi Musa alaihis salam, sebagaimana
firmannya:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَآ إِنَّكَ ءَاتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُۥ
زِينَةًۭ وَأَمْوَٰلًۭا فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا۟ عَن
سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا ٱطْمِسْ عَلَىٰٓ أَمْوَٰلِهِمْ وَٱشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ
فَلَا يُؤْمِنُوا۟ حَتَّىٰ يَرَوُا۟ ٱلْعَذَابَ ٱلْأَلِيمَ
Musa
berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun
dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia,
ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya
Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." ( QS.
Yunus ayat 88 )
4. fir’aun menentang dakwah Rosul Alloh Musa ‘alaihis salam,
sedangkan pemerintah yang ada menentang dakwah teroris berkedok jihad, Alloh berfirman:
فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ
Tetapi Firaun mendustakan
dan mendurhakai. ( QS. An Nazi’at ayat
21 )
5. fir’aun membenarkan sihir dan berinteraksi dengan tukang sihir, sebagaimana firmannya:
وَجَآءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوٓا۟ إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا
إِن كُنَّا نَحْنُ ٱلْغَٰلِبِينَ* قَالَ
نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ
Dan beberapa ahli sihir itu
datang kepada Firaun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat
upah, jika kamilah yang menang?" Firaun menjawab: "Ya, dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat
(kepadaku)". ( QS. Al A’rof ayat 113-114 )
Semoga jelaslah bagi para pembaca letak perbedaan Fir’aun dan
Pemerintah yang ada dengan sedikit uraian diatas, Maka apa yang dikatakan Aman
Abdur Rohman tiada lain adalah:
أَتَوَاصَوْا۟
بِهِۦ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌۭ طَاغُونَ
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu.
Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. ( QS. Adz Dzariyat ayat 53
)
Bagian ke III
Bantahan Terperinci
Setelah
kami membantah secara global, maka kami memohon pada Alloh untuk memberi
kekuatan pada kami agar membantah makalah tersebut secara rinci, semoga Alloh
menjadikan dengannya:
لِيُحِقَّ ٱلْحَقَّ وَيُبْطِلَ ٱلْبَٰطِلَ وَلَوْ كَرِهَ
ٱلْمُجْرِمُونَ
agar Allah menetapkan yang
hak dan membatalkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak
menyukainya. ( QS. Al Anfal ayat 8 )
Aman berkata: Bila anda
telah memahami bahwa pengklaiman keberhakkan membuat hukum adalah pengklaiman
ketuhanan, maka anda akan memahami bahwa ketuhanan yang diklaim Fir’aun itu
adalah ketuhanan semacam ini, yaitu bahwa dirinyalah yang berhak membuat hukum
dan hukumnyalah yang paling tinggi [“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi”
(An Nazi’at: 24)] serta tidak ada tuhan pembuat selain dirinya [“Dan berkata
Fir'aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain
aku” (Al Qashash: 38)], dan barangsiapa yang mengikuti hukum selainnya maka
akan mendapat ancaman penjara:
Kami jawab: wabillahit taufiq, bahwa ucapan
ini akibat dari mengedepankan hawa nafsu yang menyebabkan dia buta dan tuli
akan sejarah, maha Suci Alloh yang telah berfirman:
وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ
ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟
يَوْمَ ٱلْحِسَابِ
dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan. ( Shood 26 )
أَفَرَءَيْتَ مَنِ
ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍۢ وَخَتَمَ عَلَىٰ
سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةًۭ فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ
بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. ( QS. Al
Jatsiyah 26 )
bukti akan kebodohan Aman terhadap sejarah
adalah:
Pada
saat Alloh mengutus Nabi Musa ‘alaihis salam hukum Alloh belum diturunkan
kepada Nabi Musa secara sempurna, mari kita lihat sejarah
dalam al qur’an surat al A’rof:
فَٱنتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَٰهُمْ فِى ٱلْيَمِّ بِأَنَّهُمْ
كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَٰفِلِينَ
Kemudian Kami menghukum
mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan
ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami
itu. ( QS. Al A’ro ayat 36 )
وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةًۭ وَأَتْمَمْنَٰهَا
بِعَشْرٍۢ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةًۭ ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ
لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ
ٱلْمُفْسِدِينَ. وَلَمَّا
جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ
إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ
ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ
لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّۭا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًۭا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ
سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ. قَالَ
يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّى ٱصْطَفَيْتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَٰلَٰتِى وَبِكَلَٰمِى
فَخُذْ مَآ ءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ وَكَتَبْنَا لَهُۥ فِى
ٱلْأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَىْءٍۢ مَّوْعِظَةًۭ وَتَفْصِيلًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ
فَخُذْهَا بِقُوَّةٍۢ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا۟ بِأَحْسَنِهَا ۚ.
Dan telah Kami janjikan
kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan
Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah
waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada
saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakan." Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku
dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali
tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala
Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur
luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:
"Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman". Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku
memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa
risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah
kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang
yang bersyukur". Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat)
segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami
berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya. ( QS. Al A’rof ayat
142-145 )
Ringkasnya Berdasarkan ayat diatas jelaslah bahwa
setelah Fir’aun ditenggelamkan di Laut merah barulah Alloh menurunkan Taurot
kepada Musa ‘alaihis sallam. ( silahkan lihat al Bidayah wan Nihayah dan
Mujazu Tarikhil Islami mundzu ‘ahdi Adam Ila Ashrina Al Hadr hal 35 )
Dari sini jelaslah akan kebodohan Aman dalam sejarah, bantahan
yang lain atas apa yang diucapkan Aman adalah bahwa pada masa itu Musa ‘alaihis
salam menyeru kepada Fir’aun dan kaumnya untuk beribadah kepada Alloh dan
meninggalkan sesembahan – sesembahan yang lain dan belum mendakwahkan hukum –
hukum Alloh dan inilah dakwah para Rosul mulai Nabi Nuh sampai Nabi Muhammat
‘alaihim asshholatu was salam, Alloh berfirman:
وَأَهْدِيَكَ
إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ
Dan kamu akan kupimpin ke
jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?". ( QS. An Nazi’at 19 )
Tafsirnya adalah: Musa
berkata: aku mengajakmu kepada beribadah kepada Robbmu(Alloh) dan
mentauhidkan-Nya. ( Tafsir Khozin 7/207 )
Syeikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata: dan tauhid Uluhiyyah( mengibadahi Alloh semata ) ini merupakan
awal dan akhir, batin dan lahirnya agama ini. Dan tauhid ini makna dari
permasalahan yang pertama dan yang terakhir diserukan oleh para rosul. ( Taisir
Azizil Hamid 36 )
Disini jelaslah bahwa Aman asal bicara , betapa tidak????! Nabi
Musa belum diberi hukum Alloh secara sempurna, mana mungkin beliau mendakwahkan
hukum – hukum Alloh, sebelum mendakwahkan agar fir’aun dan kaumnya beribadah
kepada Alloh???!.... mana mungkin orang yang kafir bersedia menjalankan hukum
Alloh sebelum mereka beriman????!. Jelas pula disini bagi pembaca bahwa dakwah
Aman tidak seperti dakwah Ulama’ Nejd, meskipun dia ditiap kajiannya menukil
ucapan Ulama’ Nejd.
Adapun mengenai tafsir ayat “[“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An
Nazi’at: 24)] serta tidak ada tuhan pembuat selain dirinya [“Dan berkata
Fir'aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain
aku” (Al Qashash: 38)] ”, mari kita kembalikan kepada Ahlinya yaitu
para Mufassirin, tafsirnya secara ringkas adalah:
Berkata Atho’ bin Abi Robah:
Aku adalah pemelihara berhala kalian dan memerintahkan mereka untuk
mengibadahinya. ( Jami’ Li ahkamil Qur’an 19/202 )
Disini Kami bertanya pada Aman dan muqollidnya: hukum
apakah yang dijalankan fir’aun apda masa itu??????!
Aman
berkata: Saya akan memahamkan dulu kepada sifat khusus ketuhanan yang berkaitan
dengan hal ini, kemudian menghubungkan dengan kisah Fir’aun zaman Nabi Musa
‘alaihissalam dan dengan realita Fir’aun-Fir’aun masa sekarang…
Kita jawab: telah berlalu penjelasan bahwa
makna tuhan yang diklaim fir’aun adalah pemelihara berhala – berhala, bukan
membuat hukum. Karena fir’aun dan kaumnya adalah penyembah berhala, hal ini
telah Alloh tunjukkan sendiri dalam kitabnya yang mulia, seraya berfirman:
يَقْدُمُ
قَوْمَهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فَأَوْرَدَهُمُ ٱلنَّارَ ۖ وَبِئْسَ ٱلْوِرْدُ
ٱلْمَوْرُودُ*وَأُتْبِعُوا۟ فِى هَٰذِهِۦ لَعْنَةًۭ وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ
بِئْسَ ٱلرِّفْدُ*ذَٰلِكَ مِنْ أَنۢبَآءِ
ٱلْقُرَىٰ نَقُصُّهُۥ عَلَيْكَ ۖ مِنْهَا قَآئِمٌۭ وَحَصِيدٌۭ*وَمَا ظَلَمْنَٰهُمْ وَلَٰكِن ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ۖ فَمَآ
أَغْنَتْ عَنْهُمْ ءَالِهَتُهُمُ ٱلَّتِى يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍۢ
لَّمَّا جَآءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍۢ
Ia ( fir’aun )berjalan di muka kaumnya di Hari Kiamat lalu
memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang
didatangi. Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu
pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. Itu
adalah sebahagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami
ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih
kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah. Dan Kami tidaklah
menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena
itu tiadalah bermanfaat sedikit pun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka
seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu
tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. ( QS. Hud ayat
98-101 ) Wallohu a’lam
Aman
berkata: Di antara sifat khusus ketuhanan Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah al
hukmu wa at tasyri’ (kewenangan pembuatan hukum) yang tidak boleh disandarkan
kepada selain-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak
Allah” (Al An’am: 57).
Dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
“Dan bagi-Nyalah segala penentuan
hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”.
(Al Qashash: 70)
Kita jawab: sesungguhnya
hukum disini melibatkan hukum umum dan agama. Syeikhul Islam berkata: (maksud
ayat ini adalah) dua hukum bersama – sama yaitu hukum umum dan agama. ( Majmu’
Fatawa 2/413 )
Oleh karena itu orang
dikatakan sebagai Robb dalam segi tasyri’ jika dia membuat hukum umum dan agama
yang bertentangan dengan hukum Alloh. Wallohu a’lam
Aman berkata: Dikarenakan
Allah ta’ala adalah yang menciptakan semua makhluk, maka hanya Dia-lah yang
berhak memerintahkan dan menetapkan hukum sebagaimana firman-Nya:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah”. (Al A’raf: 54)
Penyandaran
kewenangan pembuatan hukum itu adalah ibadah yang hanya disandarkan kepada
Allah ta’ala dan tidak boleh disandarkan kepada selain Allah ta’ala,
sebagaimana firman-Nya:
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan
Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak beribadah kecuali kepada Dia”
(Yusuf: 40)
Kita jawab: pada dasarnya memerintahkan
dan menetapkan hukum adalah hak Alloh, akan tetapi dalam kondisi tertentu Alloh
sendiri memerintahkan kita untuk memutuskan hukum dengan sendirinya. Kebenaran
atas apa yang kami ucapkan adalah apa yang difirmankan Alloh:
وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَٱبْعَثُوا۟ حَكَمًۭا مِّنْ
أَهْلِهِۦ وَحَكَمًۭا مِّنْ أَهْلِهَآ إِن يُرِيدَآ إِصْلَٰحًۭا يُوَفِّقِ
ٱللَّهُ بَيْنَهُمَآ ۗ
Dan jika kamu khawatirkan
ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga
laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri
itu. ( QS. An Nisa’ ayat 35 )
يَحْكُمُ بِهِۦ ذَوَا عَدْلٍۢ مِّنكُمْ
menurut
putusan dua orang yang adil di antara kamu. (QS. Al Maidah ayat 95)
imam asy Syathibi ketika membahas
ayat hukum beliau mengatakan: bahwasanya yang umum membutuhkan yang khusus. (
al I’tishom 1/303 )
sungguh telah tersesat khowarij
terdahulu karena berprasangka berhukum dengan semisal ayat ini(tentang bolehnya
berhukum dengan sesuatu yang tidak terdapat dalam al qur’an) termasuk berhukum
dengan selain hukum Alloh. Sebagaimana kisah perdebatan Ibnu Abbas rodliyallohu
‘anhuma dengan khowarij.
Aman
berkata: Dan dikarenakan ini adalah hak khusus Allah, maka dia tidak menjadikan
satupun sebagai sekutu-Nya di dalam penentuan hukum ini, sebagaimana
firman-Nya:
“Dan Dia
tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum”. (Al
Kahfi: 26)
Dan dalam
qira’ah Ibnu Amir yang mutawatir dibaca: “Dan janganlah kamu menyekutukan
seorangpun di dalam (hak) menetapkan hukum” (Al Kahfi: 26)
Kita jawab: apakah para pembuat undang –
undang buatan itu mengatakan bahwa ini adalah hukum Alloh sehingga mereka
menjadi musyrik bahkan kafir?! Jika mereka tidak mengatakan demikian, maka
tidak benarlah pendalilan engkau dengan ayat ini. Renungkanlah! (lihat Al
Burhanul Munir Fii Dahdli Shubuhati Ahlit takfir cetakan ke II hal 63-64 )
Aman berkata: Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut para pembuat
undang-undang atau hukum selain Dia sebagai sekutu-sekutu yang diibadati
selain-Nya, sebagaimana di dalam firman-Nya:
“Apakah
mereka memiliki sekutu-sekutu selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka
ajaran yang tidak diizinkan Allah?”. (Asy Syura: 21)
Kita
jawab: ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas dengan tafsiran: mereka tidak
mengikuti apa yang disyariatkan Alloh bagimu Muhammad dari agama yang lurus
(ini). Tetapi jusru mereka mengikuti syariat syetan – syetan mereka dari
kalangan jin dan manusia dari pengharaman ( apa yang dihalalkan Alloh ) yang
telah mereka ( syetan - syetan ) haramkan atas mereka berupa pengharaman daging
unta, pengharaman memerdekakan budak, pengharaman daging kambing dan daging
burung serta mereka menghalalkan bangkai, darah dan perjudian. ( tafsir Ibnu
Katsir 7/198 )
Dari
keterangan Ibnu Katsir diatas maka dikatakan Syuroka’ ( sekutu – sekutu yang
diibadahi ) apabila mereka Menganggap bahwa selain Hukum Alloh adalah merupakan
Hukum Alloh Dan apabila terkumpul pada mereka (pembuat undang – undang buatan)
antara tasyri’ dan penganggapan bahwa ini adalah hukum Alloh maka hal ini
dinamakan Tabdil.
Aman berkata: Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mencap para pembuat hukum
selain Diri-Nya sebagai arbab (tuhan-tuhan yang diibadati) selain Allah,
sebagaimana firman-Nya:
“Mereka
(orang-orang Nashrani) menjadikan orang-orang alimnya (ahli ilmu) dan
rahib-rahib (para pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga
mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia.
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (At Taubah: 31)
Dalam
ayat ini Allah memvonis orang Nashrani dengan lima vonis:
1. Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib
1. Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib
2. Mereka
telah beribadah kepada selain Allah, yaitu kepada alim ulama dan para rahib
3. Mereka
telah melanggar Laa ilaaha illallaah
4. Mereka
telah musyrik
5. Para
alim ulama dan para rahib itu telah memposisikan dirinya sebagi arbab.
Bentuk
ketuhanan macam apa yang mereka klaim dan bentuk peribadatan macam apa yang
dilakukan oleh orang-orang Nashrani kepada alim ulama dan para pendetanya?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal itu di dalam
hadits hasan dari ‘Adiy ibnu Hatim, ia datang ─saat
masih Nashrani─ berkata: “Kami tidak pernah mengibadati mereka”.
Di sini ‘Adiy ibnu Hatim dan orang-orang Nashrani merasa tidak pernah beribadah
kepada alim ulama dan para pendeta, karena mereka tidak pernah sujud dan shalat
kepadanya, dan mereka tidak paham apa yang dimaksud dengan peribadatan dan
pentuhanan alim ulama dan pendeta itu, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan hal itu seraya berkata: “Bukankah mereka menghalalkan apa
yang Allah haramkan terus kalian ikut menghalalkannya, dan bukankah mereka
mengharamkan apa yang Allah halalkan terus kalian ikut mengharamkannya?”, maka
‘Adiy berkkata: “Ya, benar”, maka Rasulullah berkata lagi: “Itulah bentuk
peribadatan kepada mereka”. Yaitu: bukankah mereka membuat hukum dan kalian
mematuhi atau menyetujui dan menjadikan hukum mereka sebagai acuan?, dan ‘Adiy
mengiakannya.
Kita jawab: ta’at dalam ayat ini tidak
terlepas dengan dua permasalahan yaitu Ketaatan mereka dalam bermaksiat
kepada Alloh yang bukan menghalalkan apa yang diharamkan Alloh, ini tidaklah
kafir.Ketaatan mereka dalam hal menghalalkan apa yang diharamkan Alloh, maka
ini tidak diragukan lagi akan kekafirannya. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah (
menafsirkan surat at Taubah ayat 31 ): dan mereka yang menjadikan ulama’ dan
pendeta sebagai tuhan, yaitu ketika mereka mentaatinya dalam menghalalkan apa yang diharamkan Alloh dan
mengharamkan apa yang dihalalkan Alloh, dalam hal ini terbagi menjadi dua keadaan:
I.
mereka
mengetahui bahwa ulama dan pendeta tersebut merubah agama Alloh, kemudian
mereka mengikutinya dan meyakini akan kehalalan sesuatu yang diharamkan dan
meyakini keharaman yang dihalalkan Alloh, dikarenakan mengikuti pemimpin –
pemimpin mereka, padahal mereka menyadari bahwa mereka bertentangan dengan
agama para Rasul, maka perbuatan ini adalah kekafiran dan telah dianggap
kesyirikan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
II. Keyakinan dan iman mereka tetap kokoh meskipun para rahib dalam hal – hal
penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal, tapi mereka mengikuti para
ulama dan pendeta dalam bermaksiat kepada Alloh, sebagaimana seorang muslim
berbuat maksiat yang dia yakini bahwa perbuatan tersebut adalah maksiat, maka
golongan ini hukumnya serupa dengan hukumnya para pelaku maksiat (tidak
kafir). ( Majmu’ fatawa juz 7 hal 70
).
Aman berkata: Sedangkan bentuk peribadatan yang dilakukan oleh
kaum Nashrani itu bukanlah sujud, ruku’, akan tetapi dengan ketaatan,
kepatuhan, dan kesetiaan kepada hukum yang mereka buat. Oleh sebab itu Allah
ta’ala mencap MUSYRIK orang-orang yang mentaati para pembuat hukum dalam hukum
yang mereka buat, dan Dia mencap hukum buatan itu sebagai wahyu (bisikan)
syaitan di dalam firman-Nya:
“Dan
janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kalian; dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah
menjadi orang-orang yang musyrik”. (Al An’am: 121)
Kita jawab: telah berlalu penjelasan
mengenai hal ini, bahwa yang dimaksud ta’at yang terjatuh dalam katagori
musyrik disini adalah ta’at dalam hal istihlal, kami tambahi dengan ucapan
Ulama’ Nejd –semoga Alloh membuka hati mereka- Syeikh Abdul Lathif bin Abdur Rohman bin Hasan berkata: telah dihukumi
Musyrik atas orang yang mentaati syetan – syetan mereka dalam menghalalkan apa
yang diharamkan Alloh. ( ar Rosail wal Masail an Najdiyyah 3/46 )
Aman berkata: Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah
berkata saat menjelaskan ayat tersebut: “Bahwa setiap orang yang mengikuti
aturan, undang-undang dan hukum yang menyelisihi apa yang Allah syari’atkan
lewat lisan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia itu musyrik kepada
Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai rabb (tuhan)”, (Al
Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaul Bayan
Kita jawab: Aman sengaja tidak menukil
ucapan Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah yang lain yang
merupakan penjelas dari apa yang beliau utarakan sendiri. Inilah ucapan beliau
yang tidak dinukilnya agar tidak ketahuan hidung belangnya.
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy
rahimahullah berkata: dan penjelasan yang paling benar dalam permasalahan ini
adalah bahwa kata kekufuran, kezholiman dan kefasikan semuanya kadang kala
digunakan syariat dan dimaksudkan darinya adalah perbuatan maksiat……. Dan
barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum yang Alloh turunkan, sedang dia
meyakini bahwa dirinya telah melakukan perbuatan haram, menjalankan perbuatan
buruk, maka kekufuran, kezholiman dan kefasikan tidak menjadikannya keluar dari
agama. ( Tafsir Adlwaul Bayan 2/93 )
Aman berkata: Bila anda memahami ketuhanan semacam ini, maka anda akan
mengetahui bahwa gedung-gedung Parlemen itu adalah sama dengan candi-candi
tempat pemujaan kaum musyrikin. Bila di candi-candi itu dipajang patung-patung
berhala yang diibadati dengan sujud, do’a dan pesembahan sesajian, maka di
gedung Parlemen itu dipenuhi oleh berhala-berhala hidup yang diibadati dengan
ketaatan terhadap hukum dan undang-undang yang mereka gulirkan.
Kita jawab: wahai Aman, anda dapat permisalan
ini dari mana???! Berhala adalah benda mati yang tidak bisa dihukumi
sebagaimana manusia, dia juga tidak bisa dibebani dengan syariat. Adapun
ketaatan yang bermakna ibadah adalah ketaatan dalam menghalalkan apa yang
diharamkan Alloh dan mengharamkan apa yang dihalalkan Alloh. Selama tidak
demikian maka ketaatan disini bukan dinamakan Ibadah, Sebagaimana penjelasan
yang telah lalu.
Aman
berkata: Adapun kejahatan Fir’aun dahulu adalah membunuh anak-anak laki-laki
dari keluarga orang-orang yang beriman, menngancam orang-orang yang membangkang
kepada undang-undang dan ajarannya dengan ancaman pembunuhan dan penjara,
menuduh orang-orang yang beriman sebagai penebar ajaran sesat dan kerusakan,
menuduh mereka ingin merampas kekuasaan dari tangannya, serta tuduhan lainnya…
Adapun pembunuhan setiap anak
laki-laki, maka seperti dikatakannya: [“Bunuhlah anak-anak orang-orang yang
beriman” (Al Mukmin: 25)].
`kita Jawab: pembunuhan yang dilakukan oleh
fir’aun bukan dengan sebab pembangkangan terhadap undang undang tapi pembangkangan terhadap
penyembahan berhala – berhala mereka dan orang – orang beriman itu berpindah
menyembah kepada Robb yang maha esa yaitu Alloh setelah datang kepada mereka
bukti – bukti berupa mukjizat nabi musa. Bukti yang menunjukkan kebenaran atas apa yang
kami ucapkan adalah:
إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمْ
sesungguhnya aku khawatir
dia akan menukar agamamu. ( QS. Al Mu’min
ayat 26 )
Tafsirnya adalah: menukar
agama penyembah berhala kepada agama penyembah Alloh saja, sebagaimana firman
Alloh:
ويذرك وآلهتك
Membahayakanmu dan tuhan –
tuhanmu. (tafsir
Baidlowi 1/90 )
Aman
membawakan ayat yang berbunyi: “Fir’aun
berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (Asy Syu’ara: 29)
Kita jawab: maksud ucapan fir’aun ini adalah
jika kalian menyembah selain yang aku sembah, maka aku akan memenjarakan
kalian. bukan menyembah fir’aun. ( tafsir Ath Thobari 19/345 )
Aman
berkata: Tuduhan ingin merubah idiologi negara dan penebar kerusakan:
“Sesungguhnya aku khawatir dia (Musa)
akan menukar dien kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”. (Al Mukmin:
26)
Sedangkan makna dien adalah
undang-undang sebagaimana firman Allah ta’ala:
“Tiadalah patut Yusuf menghukum
saudaranya menurut dien (undang-undang) Raja” (Yusuf: 76)
Kita jawab: agama
disini tidak bisa diartikan undang – undang meskipun Aman menyelaraskan dengan
surat Yusuf dengan sebab:
1.
susunan kalimatnya berbeda, dan kita tahu
keindahan bahasa arab yaitu arti atau makna bisa berbeda tergantung susunan
kalimatnya meskipun kata tersebut sama. Misalnya kata (ضَرَبَ) yang
berarti memukul, tapi jika masuk pada firman Alloh
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن يَضْرِبَ مَثَلًۭا
Sesungguhnya Allah tiada
segan membuat perumpamaan. ( QS. Al BAqoroh 26 )
Kata diartikan dengan (ضَرَبَ) membuat bukan
memukul. Oleh karena itu janganlah anda terkecoh
dengan Aman !
2. sebagaimana
penjelasan telah lalu dan dengan bukti sejarah yang ada bahwa Fir’aun dan bala
tentaranya beragama penyembah berhala. Jadi maksud mengganti agama disini
adalah mengganti agama penyembah berhala dengan agama menyembah Alloh saja,
Sebagaimana penjelasan yang telah lalu. Dan
kami berikan tambahan sedikit agar bertambah jelas apa yang kami yakini dengan
membawakan ayat dibawah ini sebagai tambahan hujjah bagi kami dan pembatal atas
apa yang diklaim Aman, Alloh berfirman:
وَأُلْقِىَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ* قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ* رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ *قَالَ فِرْعَوْنُ ءَامَنتُم بِهِۦ قَبْلَ أَنْ ءَاذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌۭ مَّكَرْتُمُوهُ فِى ٱلْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا۟ مِنْهَآ أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ * لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَٰفٍۢ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ
Dan ahli-ahli
sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami
beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".
Firaun berkata: "Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin
kepadamu?, sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu
rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). sesungguhnya aku akan
memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian
sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." ( QS. Al A’rof ayat
120-124 )
Jelaslah dengan
ayat diatas mereka dipenjarakan atau disalib dan dipotong kaki dan tangan
mereka dengan sebab mereka beriman kepada Alloh dan meninggalkan penyembahan
terhadap berhala, bukan merubah undang-undang. ( lihat tafsir Baidlowi 1/90 )
Aman berkata: Jadi, Fir’aun khawatir Musa ‘alaihissalam menukar
undang-undang atau idiologi negaranya, juga tuduhan ingin merebut kekuasaan:
“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?” (Yunus: 78)
“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?” (Yunus: 78)
Kita jawab: sesungguhnya ayat ini justru
bantahan atas Aman dan hujjah bagi kita tentang penjelasan yang telah lalu
yaitu mengganti agama penyembah berhala yang diwarisi dari
nenek moyang dengan agama menyembah Alloh saja. ( tafsir Baidlowi 1/210 )
Aman berkata: Kalian malah membalas air susu dengan air tuba !, kami
mengajak agar kalian tidak masuk ke dalam penjara neraka, tapi kalian malah
menjebloskan kami para penyeru tersebut ke dalam penjara-penjara kalian…
Kita jawab: tiada yang membalas dengan
air tuba, justru itu adalah balasan yang setimpal bagi kalian yang telah
membuat kerusakan di muka bumi dan menyebarkan ajaran yang tidak lurus. Alloh
berfirman:
وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu
sendiri. ( QS. Al Isro’ ayat 07 )
وَٱلَّذِينَ كَسَبُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ جَزَآءُ سَيِّئَةٍۭ
بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌۭ
Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang
setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. ( QS. Huud ayat 27 )
وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍۢ سَيِّئَةٌۭ مِّثْلُهَا
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. ( QS.
Asy Syuro ayat 40 )
Imam Asy Syathibi berkata: terkadang
orang yang berfatwa itu layak dipenjara dari pada pencuri (au kama qola). ( Al
I’tishom )
Terakhir
kami memohon kepada Alloh agar melenyapkan kebatilan serta menegakkan tauhid dan
sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah. Dan kami tutup risalah ini dengan
firman Alloh:
فَوَقَعَ ٱلْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka
kerjakan. ( QS. Al A’rof ayat 119 )
إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا
اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ
أُنِيبُ
Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku
masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
(pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah
aku kembali.
Mujahid As Salafi
( pengelola
www.millahmuhammad.blogspot.com )
10 Robi’u Tsani 1434 H