PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri IV)
penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz bin Royyis Ar Royyis
penerjemah: Mujahid as Salafiy
penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz bin Royyis Ar Royyis
penerjemah: Mujahid as Salafiy
MUQODDIMAH
PENERJEMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الحمد
لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه, كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.(Ali ‘Imran:
102).
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(An Nisaa’: 1).
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 70-71)
Amma Ba’du... sesungguhnya sebenar-benar ucapan
adalah Kitabullah ta’ala dan
sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad salallaahu ‘alaihi wa sallam serta seburuk-buruk urusan adalah yang
diada-adakan, sedangkan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap
bid’ah adalah sesat serta setiap kesesatan adalah di neraka.
Setan
senantiasa berupaya menggelincirkan manusia dari jalan Robbul ‘alamin dengan
berbagai cara, diantaranya dengan cara menebarkan syubhat
yang merasuki jiwa – jiwa yang lurus terkhusus kawula muda yang minim
pengetahuan tentang agama dan memiliki semangat yang membara dalam
memperjuangkan islam. Hal ini telah dia nyatakan dan diabadikan oleh Alloh
dalam al Qur’an agar manusia berhati – hati , wapada serta berupaya agar tidak
terperdaya:
قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ* ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari
jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al A’rof 07:16-17)
Dalam
upaya membendung syubhat yang bertebaran terlebih di internet dan membungkam
makar setan serta teman - temannya, karena tipu daya setan amatlah lemah, Alloh
berfirman:
فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ
إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا
sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu,
karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisa’ : 76)
maka
dengan pertolongan Alloh kami menghadirkan kepada pembaca sebuah bantahan yang
ditulis oleh Dr. Asy Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis untuk membantah
tulisan Abu Muhammad Al Maqdisiy Ishom Burqowiy yang berjudul Millah Ibrohim
yang mana kitab ini banyak menjadi pegangan para takfiriyyun bahkan di puji –
puji oleh pemuda – pemuda Afghanistan.
Semoga
beliau diberikan balasan oleh Alloh dengan balasan yang berlipat, menambahkan
ilmu dan memanjangkan umur umur beliau guna menegakkan tauhid dan sunnah
berdasakan pemahaman salaful ummah. Kami juga berdo’a agar tulisan ini
bermanfaat, dapat membendung syubhat dan menjadi benteng kokoh terlebih bagi
para salafiyyun. Amin yaa Mujibas Sailin
Penerjemah,
M
u j a h i d A s S
a l a f i y
(pengelola www.millahmuhammad.blogspot.com)
_____________________________________________________________________________
Kesalahan ke tiga:
Pujiannya terhadap
kelompok takfir dan kitab – kitab mereka seperti Juhaiman, dan menjadikan orang
yang tidak sesuai dengannya dalam mengkafirkan pemerintah kaum msulimin
termasuk orang yang tidak berdiri diatas tauhid. Al Maqdisiy berkata:
“dan
sungguh telah Nampak dengan jelas bagi kami apa yang disebut dengan Negara
Saudi, bahwa Negara tersebut telah banyak memalingkan manusia dengan
kemajuannya dari tauhid dan kitab – kitabnya, bahkan telah menipu ulama’ –
ulama’nya dengan menyibukkan mereka atas para penyembah kubur, sufi, dan para
pelaku syirik jimat – jimat, pohon – pohon keramar dan batu keramat, akan
tetapi mendiamkan dan tidak menciderai aturan tatanegaraan mereka. ”
Komentar
kami: tidak lah aku menambai perkatakanku sebagaimana yang telah lalu dan apa
yang diucapkan Abu Ali al Aamadiy:
Nampak
dihadapan para pelajar seperti guru, padahal orang gila
Orang bodoh namun disebut paham
agama
Kesalahan ke empat:
Abu Muhammad al Maqdisiy yang bodoh
ini melarang masuk kepada pemerintah yang zholim, seraya berkata: Para salaf
itu – semoga Allah meridlai mereka – melarang dari masuk pada penguasa yang
dzalim, termasuk bagi orang yang ingin memerintahkan yang ma’ruf dan melarang
dari yang mungkar, karena khawatir terkena fitnah mereka sehingga ia
bermudahanah atau bermujamalah terhadap mereka untuk memuliakan mereka atau
diam membiarkan sebagian kebatilannya atau mengakuinya, dan para salaf
memandang bahwa menjauh dari mereka dan meninggalkan mereka adalah bentuk
bara’ah dan pengingkaran terbaik terhadap keadaan mereka…..
–selesai penukilan ucapan abu Muhammad al Maqdisiy- (hal 43)
Komentarku (Syeikh Ar Royyis):
ucapan ini menunjukkan kebodohannya,dapat ditinjau dari dua sebab:
- Beranggapan
bahwa para salaf melarang secara muthlaq masuk pada pemerintah zholim
msekipun untuk beringkarul mungkar.
- Beranggapan
bahwa para salaf melarang masuk kepada pemerintah secara diam - diam, dan
aku telah membantah ucapan ini sebagaimana ia juga mengucapkan dalam
kitabnya yang hina (al Kawasyiful Jaliyyah fii Kufri Daulatis Su’udiyyah)
maka siapa yang menginginkan untuk mengetahuinya maka silahkan melihatnya
(bantahan kitab tersebut berjudul “Tabdid Kawasyifil ‘Anid Fii Takfirihi
Lidaulatit Tauhid”, disini kami ingin memaparkan bantahan dari ucapan al
Maqdisiy tersebut agar menambah faedah -insya Alloh-, pent).
Rosululloh
bersabda: penghulu syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Muthollib, kemudian orang
yang berdiri (masuk) pada pemerintah yang zholim lantas ia memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran ( HR. Al hakim dan dishohihkan Syeikh al
Bani, dalam Silsilah ash Shohiha 374 )
diriwayatkan
Imam Abu Hatim dari Imam darul Hijroh Anas bin Malik, bahwasanya beliau
ditanya: (apakah)sesungguhnya engkau masuk kepada pemerintah yang zholim!?
Lantas beliau menjawab: semoga Alloh merohmati engkau (jika aku tidak masuk)
lantas siapa orang yang akan berbicara kebenaran?!!!!. (aj Jarhu wat Ta’dil
1/30)
imam
Ahmad ditanya tentang keadaan Ishaq bin Rohawaih, “aku bertanya kepada engkau
tentangnya, bahwasanya Ishaq memperbolehkan masuk kepada pemerintah dengan
dalil sebuah hadits, lantas bolehkah aku masuk kepada mereka dan memakan gaji
mereka?! Imam Ahmad menjawab: Ya boleh, Ishaq bin Rohawaih juga masuk pada
pemerintah, memakan gaji mereka, mengajak mereka kepada sunnah dan
mengajarkannya”. (diriwayatkan secara banyak oleh Ibnul Jauzi dalam al Jalisush
sholih hal 204)
Ibnul
Wazir berkata: adapun orang yang mempergauli para penguasa atau menjadi
sekretaris mereka maka telah ada pemahaman semacam ini dari kalangan ulama’
terdahulu dan sekarang dari para shabat dan Tabi’in. ( ‘Awashim wal Qowashim
2/206 )
Syeikh
Abdul Lathif bin Abdur Rohman bin Hasan alu Syeikh berkata: siapa yang melarang
mempergauli pemerintah dengan dalil bahwa Imam Ahmad, Ibnul Mubarok dan Sufyan
serta selain mereka, maka jawabannya adalah bahwasanya mereka itu tidak mau
mempergauli pemerintah dengan sebab kezuhudan mereka bukan sebab larangan. (
Majmu’ Rosail wal Masail 3/229 )
Kesalahan ke lima:
Abu Muhammad al Maqdisiy yang keras
kepala berkata: jika demikian ucapan larangan ulama’ salaf dalam bermajlis
dengan Ahlul Bida’ meskipun bid’ahnya tidak menyebabkan kekafiran sebagaimana
telah diketahui ucapan mereka dalam banyak tempat dari ucapan mereka lantas bagaimana dengan bermajlis
kepada para penguasa murtad dari penyembah hokum buatan dan selain mereka dari
kalangan musyrikin???! –selesai penukilan- (hal 44)
Komentar kami
(Syeikh ar Royyis): sesungguhnya Ulama’ salaf yang mulia membedakan dalam hal
mempergauli antara pelaku bid’ah dan orang kafir, dan mereka lebih bersikap
keras terhadap pelaku bid’ah dari pada terhadap oang kafir, sebab bahaya
berteman dengan pelaku bid’ah lebih besar bahayanya. Oleh sebab itu maka qiyas
al Maqdisiy adalah qiyas yang salah meskipun pelaku bid’ah hukumnya lebih
ringan di akhirat akan tetapi pembicaraan kita sekarang ini adalah berlaku pada
hokum dunia.
Sebab sikap keras ulama’ salaf ini
terhadap pelaku bid’ah adalah karena pelaku bid’ah dibandingkan orang kafir
menakutkan bahayanya terhadap islam dan kaum muslimin, karena pelaku bid’ah
berbicara atas nama agama akibatnya orang yang tidak memiliki ilmu maka bisa
terperdaya karenanya dengan sebab dia adalah muslim dan mencampuradukan antara
kebatilan dan kebenaran. Adapun orang kafir maka ucapannya tentang islam
tidaklah diterima dengan sebab kekafirannya dan ini diketahui secara pasti.
Diantara ucapan ulama’ salaf
mengenai hal ini adalah:
Fudloil bin ‘Iyadh berkata: sungguh
aku makan bersama yahudi dan nashrani lebih aku sukai daripada makan bersama
pelaku bid’ah, karena jika aku makan bersama keduanya maka tidak ada yang
mengikuti aku, sedangkan jika aku makan bersama pelaku bid’ah maka manusia akan
mengikuti aku. Aku senang pula jika antara aku dan pelaku bid’ah ada benteng
yang sangat kokoh. ( Hilyatul Auliya’ 8/103 )
Ibrohim an Nakhoi berkata: demi
Alloh sesungguhnya mereka lebih aku benci dari ahlul kitab. ( At Thobaqot
6/274, Ibnu Sa’d dan Hilyatul Auliya’ 4/223 )
Demikian pula imam Ahmad bin Hanbal
mengisyaratkan kepada pemerintah agar menolong yahudi dan nashrani dan tidak
menolong pelaku bid’ah. ( Manaqib Imam Ahmad hal. 208, Ibnul Jauzi )
Berkata Ibnu Muflih: diharamkan bagi
pelaku bid’ah mengurusi urusan kaum muslimin, mereka mengatasnamakan agama
sehingga menyebabkan bahaya besar. ( al Furu’ 10/248 )