PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri III)
penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz bin Royyis Ar Royyis
penerjemah: Mujahid as Salafiy
penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz bin Royyis Ar Royyis
penerjemah: Mujahid as Salafiy
MUQODDIMAH
PENERJEMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الحمد
لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه, كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam”.(Ali ‘Imran: 102).
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(An Nisaa’: 1).
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 70-71)
Amma Ba’du... sesungguhnya sebenar-benar ucapan
adalah Kitabullah ta’ala dan
sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad salallaahu ‘alaihi wa sallam serta seburuk-buruk urusan adalah yang
diada-adakan, sedangkan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap
bid’ah adalah sesat serta setiap kesesatan adalah di neraka.
Setan
senantiasa berupaya menggelincirkan manusia dari jalan Robbul ‘alamin dengan
berbagai cara, diantaranya dengan cara menebarkan syubhat
yang merasuki jiwa – jiwa yang lurus terkhusus kawula muda yang minim
pengetahuan tentang agama dan memiliki semangat yang membara dalam
memperjuangkan islam. Hal ini telah dia nyatakan dan diabadikan oleh Alloh
dalam al Qur’an agar manusia berhati – hati , wapada serta berupaya agar tidak
terperdaya:
قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ* ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari
jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al A’rof 07:16-17)
Dalam
upaya membendung syubhat yang bertebaran terlebih di internet dan membungkam
makar setan serta teman - temannya, karena tipu daya setan amatlah lemah, Alloh
berfirman:
فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ
إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا
sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu,
karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisa’ : 76)
maka
dengan pertolongan Alloh kami menghadirkan kepada pembaca sebuah bantahan yang
ditulis oleh Dr. Asy Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis untuk membantah
tulisan Abu Muhammad Al Maqdisiy Ishom Burqowiy yang berjudul Millah Ibrohim
yang mana kitab ini banyak menjadi pegangan para takfiriyyun bahkan di puji –
puji oleh pemuda – pemuda Afghanistan.
Semoga
beliau diberikan balasan oleh Alloh dengan balasan yang berlipat, menambahkan
ilmu dan memanjangkan umur umur beliau guna menegakkan tauhid dan sunnah
berdasakan pemahaman salaful ummah. Kami juga berdo’a agar tulisan ini
bermanfaat, dapat membendung syubhat dan menjadi benteng kokoh terlebih bagi
para salafiyyun. Amin yaa Mujibas Sailin
Penerjemah,
M
u j a h i d A s S
a l a f i y
(pengelola www.millahmuhammad.blogspot.com)
____________________________________________________________________________----
Kesalahan ke dua:
Si miskin lagi bodoh Abu Muhammad al
Maqdisiy menganggap bahwa belajar dan mengajarkan tauhid saja tidaklah cukup
kecuali dengan memberontak dan menkafirkan pemerintah kaum muslimin, oleh
karena itu siapa yang tidak melakukan yang demikian itu maka orang tersebut
tidak dinamakan menegakkan tauhid, meskipun mengajarkan dan mempelajarinya. Dia
berkata:
“peringatan: dan dia menyangka bahwa mengikuti millah Ibrahim
pada zaman kita ini hanya sebatas dengan mempelajari tauhid, mempelajari
pembagian – pembagiannya dan macam – macamnya……. Sedangkan dia diam terhadap
Ahlul Bathil (para penguasa) dan meniadakan pemboikotan secara terang –
terangan dari kesesatan mereka…(selesai nukilan ucapannya)
Komentar kami (Syeikh Ar Royyis) mengenai ucapn ini adalah: menurutku
tidaklah demikian, karena seandainya dia menjilat dan diam terhadap sebagian
kesesatam mereka dan tidak pula menghancurkan sesembahan – sesembahan mereka
dan tidak menampakkan kebencian terhadap mereka insya Alloh telah cukup
(dilihat mashlahat dan mafsadatnya), dengan mempelajari dan mengikuti pelajaran
tauhid secara tidak langsung telah mengamalkan wala’ dan baro’, benci,
permusuhan dan hijrah karena Alloh.
kemudian dia(Abu Muhammad al Maqdisiy) juga berkata: syeikh
Abdul Lathif bin Abdur Rohman berkata dalam durorus Saniyyah bab jihad, hlm 167:
janganlah seorang itu beranggapan telah mengetahui dan mengamalkan tauhid
sedangkan ia tidak memusuhi kaum musyrikin, karena barang siapa yang tidak
memusuhi mereka maka tidaklah dikatakan dia telah mengamalkan tauhid”
komentar kami: lihat lah! Bagaimana si Al Maqdisiy bermain –
main dengan millah Ibrahim yang agung ini dan melariskan kesesatannya atas nama
Millah Ibrahim, padahal sesungguhnya Millah Ibrahim adalah memerintahkan kita
berpegang teguh dengan tauhid dan
pembagiannya secara ilmu dan amal tanpa disertai sifat melampaui batas dalam
mengkafirkan pemerintah dengan sebab kebodohan (mereka), sebagaimana Alloh
berfirman:
ثُمَّ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ
قُلْ
صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
وَقَالُوا
كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
وَمَنْ
يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ
Dan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab
telah menerangkan (hal ini) sebagaimana dalam risalah beliau yang berjudul
“Tsalatsatul Ushul” : ketahuilah semoga Alloh menunjuki engkau untuk
menta’atinya, bahwa Millah Ibrahim yang lurus adalah menyembah Alloh saja dan
mengikhlaskan ibadah agama hanya karena-Nya, sebagaimana Alloh berfirman:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan diantara bentuk menegakkan
tauhid adalah memusuhi musyrikin dan berkasih saying terhadap muwahhidin serta
belajar dan mengamalkan tauhid sebagaimana faidah yang disampaikan Syeikh Abdul
lathif diatas, akan tetapi al Maqdisiy dengan nukilan tersebut menginginkan
kedustaan dan kecurangan dengan cara menisbahkan pengkafirannya terhadap
pemerintah kaum muslimin kepada Millah Ibrahim.
Kemudian atas kebodohan terhadap
realita al Maqdisiy juga memalingkan Negara Saudi serta dia juga menganggap
Negara tersebut tidak berdiri diatas
Millah Ibrahim, padahal yang demikian itu adalah anggapan yang salah
–sebagaimana yang telah lalu penjelaskannya-, diantara kebodohan al MAqdisiy
tentang realita Negara Saudi yaitu (dia tidak mengetahui) bahwa di Saudi pernah
ada aliran sufi, rofidloh, Isma’iliyyah dan semisal dari golongan sesat
tersebut yaitu Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh dan khowarij yang semuanya
itu telah dikeluarkan dari Negara tersebut.
Ketahuilah wahai al Maqdisiy yang
bodoh dengan hukum syar’I dan realita
bahwa Negara Saudi ini dari dulu hingga jaman kita ini telah dijuluki
oleh musuh-musuhnya dengan nama Wahabi.
Kesalahan ke tiga:
Pujiannya terhadap
kelompok takfir dan kitab – kitab mereka seperti Juhaiman, dan menjadikan orang
yang tidak sesuai dengannya dalam mengkafirkan pemerintah kaum msulimin
termasuk orang yang tidak berdiri diatas tauhid. Al Maqdisiy berkata:
“dan
sungguh telah Nampak dengan jelas bagi kami apa yang disebut dengan Negara
Saudi, bahwa Negara tersebut telah banyak memalingkan manusia dengan
kemajuannya dari tauhid dan kitab – kitabnya, bahkan telah menipu ulama’ –
ulama’nya dengan menyibukkan mereka atas para penyembah kubur, sufi, dan para
pelaku syirik jimat – jimat, pohon – pohon keramar dan batu keramat, akan
tetapi mendiamkan dan tidak menciderai aturan tatanegaraan mereka. ”
Komentar
kami: tidak lah aku menambai perkatakanku sebagaimana yang telah lalu dan apa
yang diucapkan Abu Ali al Aamadiy:
Nampak
dihadapan para pelajar seperti guru, padahal orang gila
Orang bodoh namun disebut paham
agama