Blogger templates

NASEHAT AKHIR ROMADHON

NASEHAT AKHIR ROMADHON

Oleh: Syaikh Sholeh bin Fauzan al-Fauzan hafidzohulloh

Segala puji hanya bagi Alloh yang dengan nikmat-Nya sempurnalah amal-amal sholeh, Dialah yang menjadikan setiap yang ada di dunia ini ada kalanya lenyap, dan menjadikan sesuatu yang tetap ada saatnya berpindah, agar orang-orang yang beriman mengambil pelajaran dari yang demikian, sehingga mereka bersegera untuk beramal ketika berada di masa lapang dan tidak tertipu dengan panjangnya angan-angan. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah atas Nabi kita Muhammad dan para sahabatnya yang merupakan sebaik-baik sahabat serta keluarganya. Amma ba’du:

Wahai para hamba Alloh!

Berfikirlah tentang cepatnya berlalu siang dan malam. Dan ketahuilah bahwa umur kalian berkurang seiring dengan berlalunya siang dan malam. Dan lembaran-lembaran amal kalian telah dibalik seiring dengannya, maka bersegeralah bertaubat dan mengerjakan amal sholih sebelum habisnya kesempatan yang ada.

Wahai para hamba Alloh!

Beberapa saat yang lalu kalian menyambut datangnya bulan Ramadhan yang penuh berkah, dan pada hari ini kalian akan berpisah dengannya yang akan pergi meninggalkan kalian dengan apa-apa yang kalian tinggalkan padanya, ia akan menjadi saksi atas kalian terhadap apa-apa yang telah kalian amalkan, maka bergembiralah bagi siapa yang bulan Ramadhan menjadi saksi atas kebaikannya di sisi Alloh, yang akan menjadi pemberi syafa’at baginya untuk memasuki surga dan dibebaskannya dari neraka. Dan celakalah bagi siapa yang bulan Ramadhan menjadi saksi atas keburukan perbuatannya, yang ia (bulan Ramadhan,pent) pun mengeluh kepada Robb-Nya tentang sikap peremehannya dan penyia-nyiaannya terhadap bulan Ramadhan.

Maka berpisahlah dengan bulan Ramadhan dan Qiyam Ramadhan dengan sebaik-baik penutup. Barang siapa yang telah berbuat kebaikan dalam bulan Ramadhan, maka hendaklah ia menyempurnakannya. Dan barangsiapa yang telah berbuat buruk di bulan ini, maka hendaknya ia bertaubat dan mengerjakan amal sholeh di hari-hari yang tersisa, karena bisa jadi bulan Ramadhan tidak kembali kembali lagi padanya setelah tahun ini, Maka tutuplah Ramadhan dengan kebaikan dan teruskanlah mengerjakan amal sholeh yang telah kalian kerjakan di dalamnya di sisa-sisa bulan ini, sesungguhnya pemilik bulan ini adalah satu dan Dia mengawasi dan menyaksikan kalian. Dan Dia telah memerintahkan kalian untuk taat kepadanya seumur hidup. Barang siapa yang menyembah bulan Ramadhan, sesungguhnya bulan Ramadhan telah berlalu dan hilang. Dan barang siapa yang menyembah Alloh maka sesungguhnya Alloh itu Maha Hidup dan tidak akan mati, maka teruskanlah beribadah kepada-Nya di setiap waktu.

Sesungguhnya sebagian orang hanya beribadah di bulan Ramadhan, maka merekapun menjaga sholat mereka di masjid dan memperbanyak membaca al-Qur’an serta bershodaqoh dengan harta mereka. Tapi ketika Ramadhan telah berakhir merekapun malas untuk melakukan ketaatan, dan terkadang merekapun meninggalkan sholat Jum’at dan sholat berjama’ah, maka sesungguhnya mereka telah menghancurkan yang telah mereka bangun di bulan Ramadhan dan mengurai yang telah mereka jalin, seolah-olah mereka mengira bahwa kesungguhan mereka dalam beribadah di bulan Ramadhan akan menggugurkan keburukan-keburukan, perbuatan meninggalkan kewajiban dan perbuatan haram yang mereka lakukan selama setahun. Padahal mereka tidak mengetahui bahwa bulan Ramadhan dan yang selainnya hanya akan menggugurkan dosa-dosa kecil yang disyaratkan dengan menjauhi dosa-dosa besar. Alloh ta’ala berfirman :

إن تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه نكفر عنكم سيئاتكم

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)” [QS. An-Nisaa’ : 31]

Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda:

الصلوات الخمس والجمعة إلى الجمعة ورمضان إلى رمضان كفارة لما بينهن إذا اجتنبت الكبائر

“Sholat yang lima waktu, jum’at yang satu sampai jum’at berikutnya, dan bulan Ramadhan sampai bulan Ramadhan berikutnya adalah kafaroh atas apa-apa (dosa-dosa kecil, pent) yang diantaranya, jika dosa-dosa besar dijauhi.” [HR Muslim 16/233]

Dan dosa besar apa selain syirik yang lebih besar daripada menyia-nyiakan sholat? Dan sekarang menyia-nyiakan sholat ini menjadi kebiasaan yang biasa bagi sebagian orang.

Sesungguhnya bersungguh-sungguhnya mereka dalam beribadah di bulan Ramadhan tidak bermanfaat bagi mereka sama sekali di sisi Alloh dikarenakan mereka setelah selesainya Ramadhan kembali mengerjakan maksiat berupa meninggalkan kewajiban-kewajiban dan mengerjakan yang haram.

Sebagian Salaf pernah ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh ibadah di bulan Ramadhan, tapi setelah Ramadhan berlalu mereka kembali berbuat jelek lagi. Maka dijawab:

“mereka adalah seburuk-buruk kaum yang tidak mengenal Alloh melainkan hanya di bulan Ramadhan saja. Ya, karena orang yang mengenal Alloh, ia akan takut kepada-Nya disetiap waktu.”

Dan sebagian orang kadang-kadang berpuasa Ramadhan dan sholat di dalamnya, menampakkan kebaikan dan meninggalkan maksiat bukan karena Iman dan mencari pahala, dan mereka melakukan hal tersebut hanyalah karena ingin terlihat baik dan mengikuti masyarakat, karena dia melakukannya dengan sebab taklid kepada masyarakat. Dan itu termasuk nifaq akbar karena orang-orang munafiq mereka berbuat riya’ di hadapan manusia dengan menampak-nampakkan ibadahnya.

Dan orang seperti ini menganggap bulan Ramadhan sebagai penjara waktu yang membatasinya melakukan maksiat dan keharoman yang ia tunggu-tunggu waktu berakhirnya. Dan iapun bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan karena ia telah keluar dari penjaranya.

Dan seorang mukmin bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan karena ia telah menggunakan waktunya untuk beribadah dan melakukan ketaatan, maka iapun mengharapkan pahala dan keutamaannya. Adapun seorang munafik, ia bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan karena ia bisa kembali bermaksiat dan mengumbar syahwat yang mana ia dipenjara darinya selama Ramadhan. Oleh karena itu, seorang mukmin setelah bulan Ramadhan melanjutkan dengan istighfar, takbir dan ibadah.

Sedangkan orang munafik setelah Ramadhan melanjutkan dengan kemaksiatan, perbuatan sia-sia, pesta nyayian dan musik karena bergembira dengan berlalunya bulan Ramadhan.

Maka bertakwalah kepada Alloh wahai para hamba Alloh dan berpisahlah dengan bulan kalian ini dengan bertaubat dan istighfar.

وصلى الله على نبينا محمد

***

Diterjemahkan dari: Ittihafu Ahlil Iman bi Durusi Syahri Romadhon (Pelajaran ke-27), oleh Syaikh Sholeh Fauzan hafidzohulloh, dengan sedikit perubahan

PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri III)


PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri III)

penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz bin Royyis Ar Royyis
penerjemah: Mujahid as Salafiy


MUQODDIMAH PENERJEMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الحمد لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه, كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.(Ali ‘Imran: 102).
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’: 1).
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 70-71)
Amma Ba’du... sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah ta’ala dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad salallaahu ‘alaihi wa sallam serta seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan, sedangkan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat serta setiap kesesatan adalah di neraka.
Setan senantiasa berupaya menggelincirkan manusia dari jalan Robbul ‘alamin dengan berbagai cara,  diantaranya dengan cara menebarkan syubhat yang merasuki jiwa – jiwa yang lurus terkhusus kawula muda yang minim pengetahuan tentang agama dan memiliki semangat yang membara dalam memperjuangkan islam. Hal ini telah dia nyatakan dan diabadikan oleh Alloh dalam al Qur’an agar manusia berhati – hati , wapada serta berupaya agar tidak terperdaya:

قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ* ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al A’rof 07:16-17)
            Dalam upaya membendung syubhat yang bertebaran terlebih di internet dan membungkam makar setan serta teman - temannya, karena tipu daya setan amatlah lemah, Alloh berfirman:
فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا
sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisa’ : 76)
            maka dengan pertolongan Alloh kami menghadirkan kepada pembaca sebuah bantahan yang ditulis oleh Dr. Asy Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis untuk membantah tulisan Abu Muhammad Al Maqdisiy Ishom Burqowiy yang berjudul Millah Ibrohim yang mana kitab ini banyak menjadi pegangan para takfiriyyun bahkan di puji – puji oleh pemuda – pemuda Afghanistan.
            Semoga beliau diberikan balasan oleh Alloh dengan balasan yang berlipat, menambahkan ilmu dan memanjangkan umur umur beliau guna menegakkan tauhid dan sunnah berdasakan pemahaman salaful ummah. Kami juga berdo’a agar tulisan ini bermanfaat, dapat membendung syubhat dan menjadi benteng kokoh terlebih bagi para salafiyyun. Amin yaa Mujibas Sailin

                                                                                                            Penerjemah,
                                                                                                M u j a h i  d  A s   S a l a f i y
                                                                          (pengelola www.millahmuhammad.blogspot.com)



____________________________________________________________________________----
Kesalahan ke dua:
            Si miskin lagi bodoh Abu Muhammad al Maqdisiy menganggap bahwa belajar dan mengajarkan tauhid saja tidaklah cukup kecuali dengan memberontak dan menkafirkan pemerintah kaum muslimin, oleh karena itu siapa yang tidak melakukan yang demikian itu maka orang tersebut tidak dinamakan menegakkan tauhid, meskipun mengajarkan dan mempelajarinya. Dia berkata:
“peringatan: dan dia menyangka bahwa mengikuti millah Ibrahim pada zaman kita ini hanya sebatas dengan mempelajari tauhid, mempelajari pembagian – pembagiannya dan macam – macamnya……. Sedangkan dia diam terhadap Ahlul Bathil (para penguasa) dan meniadakan pemboikotan secara terang – terangan dari kesesatan mereka…(selesai nukilan ucapannya)
Komentar kami (Syeikh Ar Royyis) mengenai ucapn ini adalah: menurutku tidaklah demikian, karena seandainya dia menjilat dan diam terhadap sebagian kesesatam mereka dan tidak pula menghancurkan sesembahan – sesembahan mereka dan tidak menampakkan kebencian terhadap mereka insya Alloh telah cukup (dilihat mashlahat dan mafsadatnya), dengan mempelajari dan mengikuti pelajaran tauhid secara tidak langsung telah mengamalkan wala’ dan baro’, benci, permusuhan dan hijrah karena Alloh.
kemudian dia(Abu Muhammad al Maqdisiy) juga berkata: syeikh Abdul Lathif bin Abdur Rohman berkata dalam durorus Saniyyah bab jihad, hlm 167: janganlah seorang itu beranggapan telah mengetahui dan mengamalkan tauhid sedangkan ia tidak memusuhi kaum musyrikin, karena barang siapa yang tidak memusuhi mereka maka tidaklah dikatakan dia telah mengamalkan tauhid”
komentar kami: lihat lah! Bagaimana si Al Maqdisiy bermain – main dengan millah Ibrahim yang agung ini dan melariskan kesesatannya atas nama Millah Ibrahim, padahal sesungguhnya Millah Ibrahim adalah memerintahkan kita berpegang teguh dengan  tauhid dan pembagiannya secara ilmu dan amal tanpa disertai sifat melampaui batas dalam mengkafirkan pemerintah dengan sebab kebodohan (mereka), sebagaimana Alloh berfirman:
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا 

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ
            Dan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah menerangkan (hal ini) sebagaimana dalam risalah beliau yang berjudul “Tsalatsatul Ushul” : ketahuilah semoga Alloh menunjuki engkau untuk menta’atinya, bahwa Millah Ibrahim yang lurus adalah menyembah Alloh saja dan mengikhlaskan ibadah agama hanya karena-Nya, sebagaimana Alloh berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

            Dan diantara bentuk menegakkan tauhid adalah memusuhi musyrikin dan berkasih saying terhadap muwahhidin serta belajar dan mengamalkan tauhid sebagaimana faidah yang disampaikan Syeikh Abdul lathif diatas, akan tetapi al Maqdisiy dengan nukilan tersebut menginginkan kedustaan dan kecurangan dengan cara menisbahkan pengkafirannya terhadap pemerintah kaum muslimin kepada Millah Ibrahim.
            Kemudian atas kebodohan terhadap realita al Maqdisiy juga memalingkan Negara Saudi serta dia juga menganggap Negara tersebut  tidak berdiri diatas Millah Ibrahim, padahal yang demikian itu adalah anggapan yang salah –sebagaimana yang telah lalu penjelaskannya-, diantara kebodohan al MAqdisiy tentang realita Negara Saudi yaitu (dia tidak mengetahui) bahwa di Saudi pernah ada aliran sufi, rofidloh, Isma’iliyyah dan semisal dari golongan sesat tersebut yaitu Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh dan khowarij yang semuanya itu telah dikeluarkan dari Negara tersebut.
            Ketahuilah wahai al Maqdisiy yang bodoh dengan hukum syar’I dan realita  bahwa Negara Saudi ini dari dulu hingga jaman kita ini telah dijuluki oleh musuh-musuhnya dengan nama Wahabi.
Kesalahan ke tiga:
Pujiannya terhadap kelompok takfir dan kitab – kitab mereka seperti Juhaiman, dan menjadikan orang yang tidak sesuai dengannya dalam mengkafirkan pemerintah kaum msulimin termasuk orang yang tidak berdiri diatas tauhid. Al Maqdisiy berkata:
“dan sungguh telah Nampak dengan jelas bagi kami apa yang disebut dengan Negara Saudi, bahwa Negara tersebut telah banyak memalingkan manusia dengan kemajuannya dari tauhid dan kitab – kitabnya, bahkan telah menipu ulama’ – ulama’nya dengan menyibukkan mereka atas para penyembah kubur, sufi, dan para pelaku syirik jimat – jimat, pohon – pohon keramar dan batu keramat, akan tetapi mendiamkan dan tidak menciderai aturan tatanegaraan mereka. ”
Komentar kami: tidak lah aku menambai perkatakanku sebagaimana yang telah lalu dan apa yang diucapkan Abu Ali al Aamadiy:
Nampak dihadapan para pelajar seperti guru, padahal orang gila
            Orang bodoh namun disebut paham agama

TANGIS KARENA ALLOH AZZA WA JALLA

Tangis karena takut Allah adalah paling benarnya tangis setiap orang, dan paling kuatnya terjemahan hati yang sedang takut Allah.
Tangis tidak lebih dari tujuh macam saja, yaitu:
Tangis karena penuh bahagia
Tangis karena sedih
Tangis karena kaget ketakutan.
Tangis karena riya’
Tangis karena sakit
Tangis karena syukur, dan..
Tangis karena takut kepada Allah ta’ala.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tak ada sesuatu yang paling dicintai Allah dari pada dua tetesan sesuatu dan dua bekas sesuatu, yaitu: Satu tetes air mata karena takut Allah dan satu tetes darah yang terkucur dalam Sabilillah. Sedang dua bekas adalah: Satu bekas (luka) di Sabilillah, dan satu bekas lainnya karena melaksanakan suatu kewajiban dari antara kewajiban-kewajiban kepada Allah“. (HR. At-Tirmidzi 1592, dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu). Shahih At-Tirmidzi, oleh Al-Albani (1669).
Berbahagialah bagi orang yang telah dibantu tetesan air matanya sebelum datangnya hari yang penuh penyesalan!
Pernah Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhuma berkata: “Sungguh, aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah lebih aku sukai dari pada aku bersedekah seribu dinar”.
Saudaraku seagama! Beberapa tetes air mata bercucuran karena takut kepada Allah ta’ala adalah suatu keuntungan berharga yang anda raih, dan suatu hiburan yang menyenangkan bagi anda jika anda benar-benar berusaha untuk memperolehnya.

Hai kaum lemah!
Janganlah anda melupakan kesengsaraan melintang di hadapan anda, membuat anak-anak cepat beruban!
Janganlah anda melupakan liang kubur, sebagai rumah yang penuh kegelapan dan penuh ulat!
Janganlah anda melupakan malam pertama ketika anda harus bermalam di liang kubur anda nanti!
Janganlah anda melupakan paniknya menjawab soal di kubur saat dibangunkan dua malaikat, sedang anda sendirian, ditinggal keluarga dan para shahabat!
Sungguh amat mengerikan! Kesengsaraan mengundang air mata harus bercucuran.
Kesengsaraan mengundang hati harus penuh kesedihan.
Sebelum kesengsaraan-kesengsaraan itu diawali sakaratul maut dan segala kepedihannya, penentu sikon akhir (hidup) dan penghabisannya.

Ketika Sufyan Ats-Tsawri hampir wafat, dia berlonta-lonta menangis dan gundah. Maka seseorang bertanya: “Wahai Abu Abdullah! Anda harus penuh harapan, sebab ampunan Allah lebih besar dari pada dosa-dosa anda!”. Sufyan berkata: “Apa aku menangisi dosa-dosaku?! Andaikan kamu tahu bahwa aku akan mati membawa tauhid, aku tidak peduli walau Allah menumpukkan dosa kepadaku sebesar pegunungan!”.
Orang-orang yang mengenal jalan lintas, pasti mereka melintasinya dengan penuh perhatian!
Demikian pula orang-orang menyembah Allah atas dasar ilmu.

Karena itu, mawas dirilah hai orang yang mencari jalan keselamatan! Tidakkah bencana besar itu menggerakkan air matamu untuk bercucuran?!
Dari Hani’ maula Utsman Radhiallahu ‘Anhu berkata: “Pernah Utsman behenti di suatu kuburan. Di situ dia menangis sampai jenggotnya basah!”. Maka seseorang bertanya: “Anda mengingat surga dan neraka tidak menangis. Tapi, karena ini saja anda menangis?!”. Jawabnya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya kubur adalah awal tempat tinggal dari antara beberapa tempat tinggal akhirat. Jika selamat di kubur, maka sesudahnya akan lebih mudah baginya. Jika dia tidak selamat di kubur, maka sesudahnya lebih hebat lagi!“. (HR. Bukhari di dalam Syu’abul Iman 297). Kata Utsman, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda: “Aku sama sekali tidak pernah melihat suatu fenomena yang lebih mengerikan dari pada kuburan”. (HR. Bukhari dalam Kitabul Iman 10552, At-Tirmidzi 2230, Ibnu Majah 4257 dan Ahmad 425).

Pernah sekali Abu Musa Al-Asy’ari Radhiallahu ‘Anhu berkhuthbah di Bashrah, di dalam khthbahnya dia menyebut api neraka. Lalu dia menangis sehingga air matanya bercucuran membasahi minbar. Orang-orangpun pada hari itu menangis tersedu-sedu”.
Pernah juga Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma membaca surat “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang “. … Sampai kepada ayat “hari  manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”. (QS. Al-Muthaffifiin: 6) dia menangis tersungkur, sehingga tidak mampu melanjutkan bacaan selanjutnya.

Masruq rahimahullah berkata: Pernah aku membacakan ayat-ayat ini kepada Aisyah Radhiallahu ‘Anha, yaitu: “Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka yang sangat panas”. (QS.Ath-Thuur: 27). Lalu Aisyah menangis dan mengucap: “Hai Tuhanku! Berilah aku karunia, dan selamatkanlah aku dari adzab api neraka yang sangat panas’.

Pernah ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Amir Madinah, ada seseorang yang menyaksikan dia menuturkan, bahwa ada seseorang membaca Al-Qur’an di dekatnya, yaitu ayat: “Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan”. (QS. Al-Furqan: 13). Mendengar itu, maka Umar bin Abdul Aziz menangis menjadi-jadi dengan suara keras. Setelah itu bediri lalu memasuki rumahnya, orang-orangpun pergi.

Ahmad bin Sahl rahimahullah berkata: Pernah Abu Mu’awiyah Al-Aswad berkata kepadaku: Hai Abu Ali! Barangsiapa banyak bersikap benar kepada Allah pasti kedua matanya basah terus, dan kalau dipanggil-Nya pasti memenuhi panggilan-Nya.

Sudahkah anda mawas diri wahai kaum cerdik!
Berapa banyak kedua mata anda menangis karena takut Allah?!
Bergerakkan hati anda kalau diketuk Al-Qur’an dengan ancaman siksa Allah?!
Bergerakkah hati anda ketika melihat kubur dan keseramannya?!
Ingatkah anda kepada mati dan segala kesengsaraannya?!
Ingatkah anda kepada kubur dan segala bencananya?!
Ingatkah anda kepada hari Mahsyar dan segala kesulitannya?!
Ingatkah anda kepada Shirath?!

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dua mata tidak akan tersentuh oleh api neraka, yaitu:
1. Mata menangis karena takut kepada Allah.
2. Mata semalaman tidak tidur karena berjaga-jaga di Sabilillah.
(HR. At-Tirmidzi 1563). Shahih At-Tirmidzi oleh Al-Albani: (1639).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak akan masuk neraka, seorang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke dalam kambingnya, dan tidak dapat bersatu debu fi Sabilillah dengan asap api Jahannam”. (HR. At-Tirmidzi 1557 dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, 2233, An-Nasaa-i 3056, 3057 dan Ahmad 10156).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Tujuh golongan, Allah memberi mereka naungan, pada hari tak ada naungan kecuali naungan-Nya. … selanjutnya beliau menyebutkan … dan seorang laki-laki muncul berdzikir kepada Allah, lalu kedua matanya bercucuran air mata…”. (HR. Bukhari 620, 1334, 5998, 6308, Muslim 1712, At-Tirmidzi 2313, An-Nasaa-i 5285, Ahmad 9288, Muwaththa’ Malik 1501).

Saudara seagama! Apabila semua makhluk berada di hadapan Allah ta’ala kelak, beruntunglah orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah dengan mendapatkan kedudukan tinggi, sebagaimana diterangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits di atas.

Muhammad ibn Al-Munkadir rahimahullah, apabila menangis dihapuslah wajah dan jenggotnya dengan air matanya, seraya berkata: Telah sampai kepadaku berita, bahwa api neraka tidak akan memakan suatu yang tersentuh oleh air mata”.
Hai seseorang yang mencari keselamatan kelak kemudian! Hendaklah anda menangis, semoga Allah merahmati anda. Boleh jadi air mata yang sedikit itu dapat membuat anda bahagia dengan mendapatkan keni’matan yang abadi: “Dan didekatkanlah surga  itu  kepada  orang-orang  yang  bertakwa  pada tempat yang tiada jauh . Inilah yang dijanjikan kepadamu,  kepada setiap hamba yang selalu kembali lagi memelihara orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan  dan dia datang dengan hati yang bertaubat,”. (QS. Qaaf: 31-33).
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al-Mulk: 12).

Saudara! Seyogyanya seorang muslim itu takut kepada Allah, karena mengetahui keagungan Allah ta’ala dan siksaan-Nya yang hebat.
Hai orang yang telah ditentukan harus mati sebelum dia dilahirkan! Ke mana anda harus lari dari Allah?!
Jadilah sebaik-baik tamu yang datang menghadap Allah ta’ala kelak! Janganlah anda mendahului Tuhan anda seperti hamba yang minggat dari tuannya. Waspadailah siksa-Nya, haraplah janji rahmat-Nya. Janganlah cenderung mengutamakan dunia, agar anda tidak binasa!
Saudaraku seagama! Berapa banyak manusia, seharusnya menangis karena takut kepada Allah, mereka ganti dengan tertawa gembira dan melalaikan Allah! Seolah mereka pasti selamat dari kecelakaan yang pasti menimpanya dan dari perkara yang berat-berat!
Hati mereka tak tergoyangkan oleh Al-Qur’an…Tidak pula tergerakkan oleh air mata dan kesedihannya akan ancaman siksa-Nya!
Mereka tertimpa oleh kelalaian, menghalang sebagai dinding-dinding tebal!
Terlena di padang angan yang luas mengufuk jauh.
Pernah Hasan Bashri lewat bertemu seorang pemuda yang sedang asyik tertawa terkekeh-kekeh, duduk bersama sekelompok orang dalam suatu majlis. Lalu Hasan Bashri menegornya:
Hasan Bashri : Hai pemuda! Pernahkan anda melewati Shirath?
Pemuda : Tidak pernah.
Hasan Bashri : Tahukah anda, ke surga atau ke neraka kelak anda kembali?!
Pemuda : Tidak.
Hasan Bashri : Lalu apa manfaat tertawa ini?
Setelah itu, pemuda ini tidak pernah tertawa lagi.

Renungilah perilaku anda hai orang cerdik! Koreksilah diri anda sebelum dikoreksi! Janganlah menjadi orang yang lalai, yang hanya meneteskan air mata cinta nafsu, terputus dari tetesan air mata karena takut kepada Allah.

Ingatlah perkara-perkara mengerikan yang pasti datang di hadapan anda, yaitu: Sakaratul maut, kubur, bencana kubur, peristiwa-peristiwa mengerikan lainnya pada hari Mahsyar dan penyeberangan Shirath!

Pernah Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu dalam sakitnya menangis. Lalu dia ditanya: “Mengapa anda menangis?”. Jawabnya: “Ketahuilah, aku bukan menangis karena dunia anda ini. Aku menangis, betapa jauhnya perjalananku ke depan, sementara bekalku sedikit. Setelah itu apakah aku ke surga atau ke neraka nanti. Aku tidak tahu, kemana aku akan dijemput? Surga atau neraka?”

Semacam kesengsaraan inilah membuat air mata orang-orang yang takut kepada Allah selalu bercucuran, semakin banyak rasa takut orang-orang ‘Arifin…
Maka berbuatlah anda untuk bekal sesudah mati, persiapkanlah untuk hari Hisab. Cucurkanlah air mata sebelum anda hancur menjadi debu, dan larilah kepada Yang Kuasa lagi Maha Kuasa.

Segala puji bagi Allah ta’ala Yang Maha Bijaksana kelak di hari perhitungan amal. Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan terhadap Nabi, keluarga dan para shahabat. Amien.

NASEHAT SA'ID IBNUL MUSAYYIB

Sa'id bin Musayyib berkata:



"Umar bin Al Khathab radilayahu 'anhu mengucapkan delapan belas kalimat, semuanya adalah kata-kata hikmah, beliau berkata:



Tidaklah engkau memberikan balasan kepada orang yang memaksiati Allah kepadamu, (yang lebih bagus) dengan seperti engkau mentaati Allah kepadanya.



Letakkanlah urusan saudaramu pada tempatnya yang paling baik, sampai datang kepadamu dari dia sesuatu yang membuatmu kalah.



Janganlah berprasangka buruk kepada kata-kata yang tidak baik yang keluar dari mulut seorang muslim, sementara engkau masih mendapatkan kemungkinan baik padanya.



Siapa yang mencampakkan dirinya kepada tuduhan, janganlah ia mencaci orang yang berburuk sangka kepadanya.



Siapa yang menyembunyikan rahasianya, maka kebaikan akan selalu berada di tangannya.



Hendaklah berteman dengan orang yang jujur, niscaya engkau akan hidup bahagia ditengah-tengah mereka, karena mereka adalah hiasan di kala senang dan bantuan dikala susah.



Hendaklah engkau berbuat jujur walaupun engkau dibunuh.



Jangan menyindir dalam perkara yang tidak bermanfaat.



Jangan bertanya tentang sesuatu yang belum terjadi, karena yang telah terjadi saja menyibukkan kita dari sesuatu yang belum terjadi.



Janganlah engkau meminta keperluan kepada orang yang tidak suka jika engkau mendapatkannya.



Jangan meremehkan bersumpah dusta, karena Allah akan membinasakanmu.



Jangan berteman dengan orang-orang yang jahat untuk mempelajari kejahatan mereka.



Jauhilah musuhmu.



Waspadalah terhadap temanmu, kecuali teman yang amanah, dan teman yang amanah adalah yang takut kepada Allah.



Bersikap khusyu'lah di sisi kuburan.



Bersikap hinalah ketika berbuat taat.



Tahan dirimu ketika dihadapkan kepada maksiat.



Bermusyawarahlah dengan orang-orang yang selalu takut kepada Allah,



karena Allah berfirman:



"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama". (Fathir: 28). (Kanzul 'Ummaal 16/262 no 44372).





(Kesimpulan): Maksud perkataan beliau: Tidaklah engkau memberikan balasan kepada orang yang memaksiati Allah kepadamu, (yang lebih bagus) dengan seperti engkau mentaati Allah kepadanya. Maksudnya adalah apabila ada orang yang memaksiati Allah kepada kita seperti menggibah atau menuduh, maka balasan yang paling baik untuknya adalah dengan mentaati Allah kepadanya yaitu dengan membalas air tuba dengan air susu, kemaksiatan dibalas dengan ketaatan.)