Blogger templates

PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri 2)


PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM (seri 2)
 
MUQODDIMAH PENERJEMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الحمد لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه, كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.(Ali ‘Imran: 102).
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’: 1).
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 70-71)
Amma Ba’du... sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah ta’ala dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad salallaahu ‘alaihi wa sallam serta seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan, sedangkan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat serta setiap kesesatan adalah di neraka.
Setan senantiasa berupaya menggelincirkan manusia dari jalan Robbul ‘alamin dengan berbagai cara,  diantaranya dengan cara menebarkan syubhat yang merasuki jiwa – jiwa yang lurus terkhusus kawula muda yang minim pengetahuan tentang agama dan memiliki semangat yang membara dalam memperjuangkan islam. Hal ini telah dia nyatakan dan diabadikan oleh Alloh dalam al Qur’an agar manusia berhati – hati , wapada serta berupaya agar tidak terperdaya:

قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ* ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al A’rof 07:16-17)
            Dalam upaya membendung syubhat yang bertebaran terlebih di internet dan membungkam makar setan serta teman - temannya, karena tipu daya setan amatlah lemah, Alloh berfirman:
فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا
sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisa’ : 76)
            maka dengan pertolongan Alloh kami menghadirkan kepada pembaca sebuah bantahan yang ditulis oleh Dr. Asy Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis untuk membantah tulisan Abu Muhammad Al Maqdisiy Ishom Burqowiy yang berjudul Millah Ibrohim yang mana kitab ini banyak menjadi pegangan para takfiriyyun bahkan di puji – puji oleh pemuda – pemuda Afghanistan.
            Semoga beliau diberikan balasan oleh Alloh dengan balasan yang berlipat, menambahkan ilmu dan memanjangkan umur umur beliau guna menegakkan tauhid dan sunnah berdasakan pemahaman salaful ummah. Kami juga berdo’a agar tulisan ini bermanfaat, dapat membendung syubhat dan menjadi benteng kokoh terlebih bagi para salafiyyun. Amin yaa Mujibas Sailin

                                                                                                            Penerjemah,
                                                                                                M u j a h i  d  A s   S a l a f i y
                                                                          (pengelola www.millahmuhammad.blogspot.com)


_________________________________________________________________________
FASAL KEDUA
BANTAHAN SECARA TERPERINCI

            Karena semua keadaan kitab ini seperti yang telah saya sebutkan diatas kecuali sedikit saja yang berbeda dalam ketergelinciran dan kesalahan yang terpisah maka aku membantah dan memberi peringatan atasnya dalam fasal ini, dan inilah yang saya sebut sebagai bantahan secara terperinci.
Kesalahan pertama:
Menyamakan antara ucapan Ulama’ Najd dengan ucapan Sayyid Quth orang yang mencela para shahabat Nabi(ck: sebentar lagi akan saya jelaskan kesalahannya). Dan penyamaan ini adalah penyamaan dakwah yang saling bertentangan yaitu antara dakwah salafiyyah dan dakwah sururiyyah, penggabungan semacam ini ini ibarat menggabungkan antara timur dan barat. Penggabungan Metode dan bangunan antara keduanya adalah metode yang jelek yang memperdayakan kawula muda padahal yang diinginkan adalah  berisikan pemikiran – pemikiran sayyid Quth ast Sturiyyah yang dia beri nama dengan ghiroh dan berpegang teguh dengan dakwah ulama’ nejd. Padahal dakwah Ulama’ Nejd dibangun atas pengkafiran kaum musyrikin ashli dari kalangan yahudi dan nashrani atau pengkafiran terhadap kaum muslimin yang terjerumus dalam syirik akbar berdasarkan kesepakatan ulama’, seperti orang yang menyembelih dan bernadzar selain Alloh setelah ditegakkannya hujjah atasnya. Dan ini adalah sebuah kebenaran karena sesungguhnya seorang muslim bisa saja kafir setelah dia islam sebagaimana dalam shohih Bukhori dari Ibnu Abbas bahwa Rosululloh bersabda:
“Barangsiapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah”
Maka barangsiapa yang mengganti agamanya dengan selain agama islam maka dia berhak dibunuh atau disebut murtad. Dalam shohihain dari Abdulloh bin ‘Umar beliau berkata bahwasanya Rosululloh bersabda:
“laki – laki mana saja yang menuduh saudaranya kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada salah  satu diantara keduanya”
Dengan ini jelaslah bahwa mengkafirkan dengan hak terhadap orang yang terjerumus dalam kekafian, Dengan dalil para shahabat sepakat atas kafirnya orang yang enggan membayar zakat. dan yang tercela adalah mengkafirkan tanpa hak terhadap orang yang tidak terjerumus dalam kekafiran atau orang yang terjerumus didalamnya akan tetapi tidak ditegakkan hujjah atasnya terlebih dahulu. Ulama’ Ahlus Sunnah dari empat madzhab sepakat atas kafirnya seseorang dengan haq setelah tegakkan hujjah atasnya sebagaimana mereka memasukkan bab hukum bagi orang murtad dalam kitab – kitab fiqih.
            Sungguh sebagian kelompk sesat telah menyimpang dari hal yang telah disepakati atasnya oleh para shahabat dan ahlul Ilmi bahwa mereka beranggapan seorang muslim yang melakukan syirik akbar seperti menyembelih, bernadzar dan berdo’a kepada selain Alloh,  syeikh Muhammad bin Abdul wahhab telah membantah mereka dalam kitab beliau yang sangat bermanfaat berjudul “Kasyfusy syubuhat” di dalamnya telah menukil  I’tiqod ahlus sunnah dan dalil – dalil yang tidak lagi akal menolaknya, seperti firman Alloh:
وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ
Dan mereka telah kafir setelah mereka beriman.
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Tidak usah kamu meminta maaf, karena sungguh kamu telah kafir setelah beriman.
            Akan tetapi perlu adanya peringatan bahwa Ulama’ najd dan Ahlus Sunnah tidaklah mengkafirkan kecuali terkumpul dua perkara dalam diri seseorang:
  1. Perbuatannya merupakan kekafiran yang telah disepakati atasnya
Syeikh Muhammad bin abdul wahhab ditanya tentang orang dibunuh atau dikafirkan, maka beliau menjawab: rukun Islam ada lima, yang pertama adalah dua kalimat syahadat, kemudian empat rukun yang lain. Maka apabila rukun yang empat itu ditinggalkan karena menganggap remeh, maka kami memeranginya akan tetapi tidak mengkafirkannya dengan sebab meninggalkan empat rukun tersebut. Ulama’ telah berselisih tentang kekafiran orang yang meninggalkannya  dengan sebab meremehkan tanpa disertai juhud. Dan tidak juga ulama’  mengkafirkan kecuali terhadap sesuatu yang telah mereka sepakati atasnya yaitu: dua kalimat syahadat. (ad – Durorus Saniyyah 1/102)
  1. Wajib menegakkan hujjah atas seseorang yang terjerumus dalam kekafiran sebelum memvonisnya kafir.
Berkata anak cucu syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Syeikh Hamd bin Nashir ketika mereka menjawab atas pertanyaan tentang pentakfiran syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, penanya berkata: telah sampai kepada kami bahwa kalian mengkafirkan ulama’ terdahulu seperti Ibnul Faridl dan yang lainnya dan beliau adalah masyhur pengetahuan tentangnya dari kalangan ahlus Sunnah, mereka (ulama’ nejd) menjawab: apa yang telah kamu sebutkan, bahwa kami mengkafirkan para manusia terdahulu dan selain mereka , maka kami katakana ini adalah fitnah yang dilontarkan oleh musuh – musuh kami agar manusia jauh dari jalan yang lurus. Banyak Fitnah  yang serupa dengan itu juga telah disandarkan kepada kami dan jawaban kami tiada lain adalah Maha suci Engkau ya Alloh, ini adalah fitnah yang besar, (ketahuilah) kami tidaklah mengkafirkan seseorang kecuali seorang yang telah mengetahui kebenaran, setelah tegak atasnya hujjah sedangkan dia mengingkarinya dan orang yang diajak kepada kebenaran sedangkan dia tidak menerimanya disertai kesombongan dan pembangkangan, jika kami mengkafirkan selaian dari apa yang telah kami sebutkan tadi maka ini adalah kedustaan yang dialamatkan kepada kami. (Ad-Durorus Saniyyah 2/20)
(lihatlah)  Mereka (Ulama’ Nejd) telah menjelaskan bahwasanya mereka tidak mengkafirkan kecuali orang yang telah tegak atasnya hujjah disertai dengan kesombongan dan pembangkangan untuk menolak kebenaran.
Demi  Alloh yang telah meninggikan langit dan membentangkan bumi bahwa Dakwah Ulama’ Najd menyelisihi Dakwah Sayyid Quthb, bahkan Sayyid Quthb menyusul dengan kesesatan dan kebid’ahan (yang tidak pernah dilakukan Ulama’ Nejd).
Untukmu aku tunjukkan sebagian Ucapan Sayyid Quthb yang menjijikkan lagi bertentangan dengan Ulama’ Nejd, agar jelas pada kamu bahwa Abu Muhammad al Maqdisiy adalah termasuk deretan manusia yang bodoh pengetahuannya terhadap ucapan para Ulama’ Nejd.
Inilah aqidah Sayyid Quthb yang menyelisihi Ulama’ Kaum Muslimin diantaranya Ualama’ Nejd, aku nukilkan ucapannya yang terdapat dalam kitabnya, kemudian aku akan membenturkannya dengan nukilan salah satu dari ucapan Ulama’ Nejd yang bersesuaian dengan ijma’ Ulama’ Salaf yang menyelisihi Ucapan Sayyid Quthb. Agar jelaslah bahwa Sayyid Quthb tidak hanya menyelisihi aqidah Ulama’ Nejd bahkan menyelisihi seluruh Ulama’ kaum Muslimin.
I.                    Mengatakan   Al – Qur’an adalah makhluk.
Dia berkata: dan yang jelas keadaan ini bahwa keadaan al Qur’an seperti keadaan semua ciptaan Alloh, sebagaimana Alloh membuat sesuatu dan membuat manusia. ( Dzilalil Qur’an 1/38)
Setelah membahas huruf Muqotho’ah dia berkata pula: selain itu tidaklah mereka memiliki tulisan semacam al Qur’an ini, bahwasanya Al Qur’an itu seperti Alloh membuat yang manusia tidak bisa membuat. (5/2719)
Berkata pula: ini huruf “Shod” yang Alloh bersumpah dengannya, sebagaimana Alloh bersumpah dengan al – Qur’an yang mempunyai keagungan. Inilah huruf yang berbentuk dari ciptaan Alloh , berbentuk ucapan ditenggorokan manusia. (Dzilalil Qur’an 5/3006)
Berkata pula: yang Nampak sesungguhnya al Qur’an adalah ayat kauniyyah Alloh seperti bumi dan langit. (Dzilalil Qur’an 4/2328)
Inilah beberapa nukilan ucapan sesat yang menyelisihi ijma’ ulama’ salaf, dan Ulama’ Nejd telah membantahnya dalam risalah Syeikh Ishaq bin Abdur Rohman ketika menjelaskan Aqidah dan keadaan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab: bahwasanya beliau berlepas diri dari pendapat Jahmiyyah tentang al Qur’an adalah makhluk, beliau juga menukil Ijma’ Jumhur Ulama’ Salaf tAhlul Ilmi dan Iman tentang pengkafiran mereka terhadap orang yang menyatakan al Qur’an adalah makhluk. (ad Durorus Saniyyah 1/514)
Syeikh Abdul Lathif berkata: kita berkeyakinan bahwa al Qur’an adalah kalamulloh yang turun dan bukan makhluk. Dari awal hingga akhir adalah kalam Alloh secara hakikat, dan jibril menyebutnya dari  Dzat yang maha Pencipta lagi Maha suci dan diturunkan kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, dan tidaklah kita mengucapkan seperti diucapkan Asyairoh dan tidak pula selain mereka dari kalangan Ahlul Bida’. (Ad Durorus Saniyyah 1/ 572)
II.                  Mencela Nabi Musa ‘alaihis salam setelah beliau menjadi Nabi
Dia berkata: kami menyatakan bahwa Musa seperti pemimpin yang durhaka lagi pembohong. Disana dia merupakan orang badui yang fanatic terhadap kaumnya, sebagaimana orang badui yang marah karena kaumnya. Dan sangat cepat sekali penyakit fanatic ini merasuk kepada para orang – orang…. “sebagaimana melakukan penantian diwaktu  pagi yang yang sunyi” inilah gambaran untuk sebuah lembaga yang dikenal dengan “Lembaga Pembangunan Pemerhatian Kejelekan setiap kelompok”. Berdasarkan hal ini sungguh tiada lain slogan yang Nampak adalah untuk orang – orang Mujrim, maka hendaklah membuat perhatian bagi orang yang memperhatikan…………. (Tashwirul Fina fil Qur’an hlm 200)
Syeikh Royyis berkata: ucapan ini adalah ucapan busuk yang orangnya akan dipertanggung jawabkan serta bertentangan dengan perkataan Alloh dan Rosulnya Musa ‘alaihis Salam yang menyebabkan murtad dan kafir. Berkata Syeikh Bin Baz ketika memberi komentar atas perkataan Syayid Quthb ini: mencaci para Nabi adalah murtad.  (diambil dari rekaman kajian perkataan – perkataan Ulama’ mengenai karangan – karangan Sayyid Quthb: tasjilat Minhajus Sunnah as Sam’iyyah di Riyadh)
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah: hokum mencaci Para Nabi dihukumi seperti mencaci Nabi kita Muhammad shlallohu ‘alaihi wa sallam….. bahwasanya mencaci mereka adalah kafir lagi diperangi dan halal darahnya. (Ash Shorimul Maslul 3/1048)
Syeikh Abdulloh bin Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan: perhatikanlah ucapan Ishaq bin Rohawaih –semoga Alloh merohmatimu- beliau menukil ijma’ atas kekafiran orang yang mencaci Alloh, atau mencaci Rosulnya atau mengingkari sebagian apa yang Alloh turunkan……… jadi jika ada orang yang melafadzkan dengan lisannya berupa cacian terhadap Alloh atau Rosulnya maka dia adalah kafir murtad keluar dari islam. (Ad – Durorus Saniyyah fil Ajwibatin Najdiyyah 10/180)
III.                Mencela kebanyakan para shahabat Nabi Muhammad
Diantaranya ia berkata: Abu Sufyan adalah laki – laki yang memeluk  islam akibat penyerbuan kaum muslimin pada saat fathu makkah dan ini termaktub dalam kitab tarikh, dan orang yang masuk islam karena terpaksa maka islamnya adalah islam hanya sebatas di bibir sedangkan lisannya sama sekali tidak iman, dan tidaklah terkumpul islam (antara bibir dan hati) pada laki – laki ini (Abu Sufyan). ( Majalah al Muslimun edisi 3 tahun 1371 H ).
Komentar saya (Syeikh ar Royyis): ucapan ini menyelisihi ucapan Ulama’ Nejd dan Ulama’ Islam, Ulama’ Nejd dan Ulama’ Islam mengingkari dan menyesatkan orang yang mencela shahabat Nabi, Syeikh Abdulloh bin Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab pernah ditanya:
Apakah orang yang mencela shabat Nabi itu kafir atau sebatas fasiq?? Dan apa dalilnya?
Beliau menjawab:
Dia adalah Fasiq, sebagaimana Sabda Rosululloh: Mencela orang islam adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran. (Ad Durorus Saniyyah 10/250)

FAEDAH SEPUTAR ROMADHON


FAEDAH SEPUTAR ROMADHON
OLEH: Mujahid as Salafiy
بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
                Pujian Hanya Milik Alloh yang telah memuliakan bulan Romadhon diatas bulan – bulan yang lain, bulan diturunkannya Al – Qur’an, bulan dilipat gandakannya amal perbuatan, bulan ditutupnya pintu – pintu neraka dan dibukanya pintu – pintu sorga.
            Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Manusia yang menjelaskan segala bentuk amal perbuatan dan kesunahan – kesunahan dalam ibadah sehingga menghantarkan kepada ampunan Alloh ta’ala.
            Ikhwani –semoga Alloh mengampuni dosa kita yang telah lampau maupun yang akan datang- kita pada sekarang ini berada di bulan Romadhon waktu dimana kita diwajibkan oleh-Nya Puasa, karenanya Aku akan memberikan sedikit faedah yang berhubungan dengan puasa. Semoga Alloh yang maha tahu menjadikan manfaat apa yang aku tulis pada segenap manusia yang membacanya dan semoga menjadikan tulisan ini sebagai amal sholih disisi-Nya. Amin
1.      Puasa tidaklah sah kecuali berniat pada malam harinya
Ibnu Hazm berkata: tidaklah boleh puasa yang tidak diniati pada malam harinya, barang siapa yang sengaja meninggalkan niat pada malam hari, maka batallah puasanya. Dalilnya adalah firman Alloh:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ. سورة البينة آية : 5.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.
2.      Batalnya puasa orang yang melakukan dosa di siang hari.
Ibnu hazm berkata: batal juga orang yang melakukan dosa disiang hari pada saat ia puasa, jika ia melakukannya dengan sengaja, seperti: mencium orang yang tidak halal baginya, berbohong, ghibah, adu domba, meninggalkan sholat dengan sengaja. Dalilny adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ: " مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ "
Dari Abu Hurairoh bahwasanya ia berkata Rosululloh bersabda: barang siapa yang tidak meninggalkan kata – kata dusta dan berbuat dengannya maka tiada dunanya disisi Alloh ia meninggalkan makanannya dan minumannya. (HR. Bukhori 1903)
3.      Tidak batalnya puasa seseorang yang melakukan bekam, mimpi basah dan onani
Ibnu Hazm berkata: tidaklah batal puasa seseorang yang melakukan bekam, mimpi basah, onani, bercumbunya seorang terhadap istrinya asalkan tidak memasukkan kelaminnya ke vagina istrinya dalam keadaan aman maupun tidak aman (mungkin yang beliau maksud adalah dalam keadaan tidak haid maupun haid-wallohu a’lam-pent)……. Tidak ada satupun dalil yang menjelaskan batalnya puasa seseorang karena mengeluarkan mani.
4.      Menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.
Ibnu Hazm berkata: diantara sunnah yaitu menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.
5.      Apabila ada orang yang masuk islam di bulan Romadhon setelah terbit fajar.
Ibnu Hazm berkata: orang yang masuk islam ketika telah terbit fajar di bulan romadhon maka pada hari itu ia hendaklah makan dan memulai puasanya besok. Begitu juga dengan wanita yang telah suci dari haidnya, suci dari nifasnya dan orang yang sembuh dari sakitnya maka pada hari itu hendaklah ia juga makan dan memulai puasanya besok.
6.      Musafir di bulan romadhon
Barang siapa yang melakukan perjalanan jauh baik karena ketaatan kepada Alloh atau karena kepentingan dunia, maka wajib atasnya berbuka dan menggantinya pada hari lain setelah romadhon. Jika ia tetap puasa maka batallah puasanya. Dalil mengenai hal ini adalah:

فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. Al Baqoroh ayat 184)
7.      Orang yang menunda penggantian puasa dihari lain sehingga dating romadhon lagi
Ibnu Hazm berkata: Barang siapa yang memiliki hutang puasa romadhon kemudian ia sengaja tidak melunasinya sampai romadhon berikutnya atau karena udzur  atau lupa maka ia hanya melakukan puasa romadhon seperti biasa. Adapun setelah selesai puasa romadhon maka ia harus membayar puasanya yang dahulu sebanyak ia berhutang. Akan tetapi ia telah mensia – siakan apa yang Alloh firmankan:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
                Dan bersegeralah menuju ampunan Robbmu. (QS. Ali Imron ayat 133)
8.      Tentang lailatul qodar
Lailatul qodar hanya sekali dalam satu tahun dalam bulan romadhon dan terdapat pada diantara sepuluh terakhir bulan romadhon.
9.      Bersungguh – sungguh di sepuluh terakhir
Dan dianjurkan bersungguh – sungguh melaksanakan ibadah kepada Alloh di sepuluh terakhir di bulan romadhon berdasarkan hadits:
Bahwa rosululloh mengencangkan ikat pinggangnya di sepuluh terakhir bulan romadhon


Demikian yang dapat aku sampaikan kepada ikhwan sekalian yang merupakan ringkasan dari kitab Al – Muhalla bab shoum oleh Ibnu Hazm al Andalusiy azh Zhohiriy,
نَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى التَّوْفِيقَ وَالْهُدَى وَالْعِصْمَةَ آمِينَ